(Prakiraan - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman di Jawa Timur Untuk Bulan JULI Tahun 2020 Update dari Analisis Bulan April 2020 (Prakiraan - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman di Jawa Timur Untuk Bulan JULI Tahun 2020 Update dari Analisis Bulan April 2020

(Prakiraan - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman di Jawa Timur Untuk Bulan JULI Tahun 2020 Update dari Analisis Bulan April 2020

TINGKAT KETERSEDIAAN AIR TANAH CUKUP

Sebagian Besar Jawa Timur

Pada daerah ini diprakirakan curah hujan cukup sehingga menjadikan tanah dalam kondisi kapasitas lapang.


TINGKAT KETERSEDIAAN AIR TANAH SEDANG

Sebagian Besar : Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung, Kediri, Nganjuk, Pasuruan, Lumajang, Probolinggo, Jember, Bondowoso, seluruh Kota Cirebon, Kota Surakarta, Sukoharjo, dan Kota Kediri

Sebagian Kecil : Pacitan, Magetan, Ngawi, Madiun, Blitar, Kota Blitar, Malang, Situbondo, Banyuwangi dan Sumenep

Daerah – daerah tersebut telah terjadi pengurangan air tanah, sehingga prakiraan Tingkat Ketersediaan Air bagi Tanaman dibawah 60%.


TINGKAT KETERSEDIAAN AIR TANAH KURANG

Sebagian Besar : Ngawi, Magetan, Madiun, Bojonegoro, Jombang, Mojokerto, Sumenep, Situbondo dan Banyuwangi

Sebagian Kecil : Ponorogo, Nganjuk, Kediri, Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Jember dan Bondowoso

Seluruh : Kota Madiun, Kota Mojokerto, Tuban, Lamongan, Gresik, Kota Surabaya, Sidoarjo, Kota Pasuruan, Kota Probolinggo, Bangkalan, Sampang, dan Pamekasan

Pada daerah ini curah hujan yang terjadi lebih kecil dari evapotranspirasinya sehingga tingkat ketersediaan air tanahnya berada dibawah 40%.




ISTILAH – ISTILAH

Suhu Udara Minimum Absolut merupakan suhu minimum harian terendah yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

Suhu Udara Maksimum Absolutmerupakan suhu maksimum harian tertinggi yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

Kelembaban Udara Relatif Rata-Rata (Relative Humidity, RH) merupakan perbandingan antara jumlah uap air yang terkandung dalam udara pada suatu waktu tertentu dengan jumlah uap air maksimal yang dapat ditampung oleh udara tersebut pada tekanan dan temperatur yang sama.

Kelembaban udara relatif dihitung sesuai dengan laporan FKlim dengan persamaan:

RH rata-rata harian = ((2 X RH(07WS)) + RH(13WS) + RH(18WS)) / 4

Evapotranspirasi Potensial (ETp) merupakan evapotranspirasi yang terjadi pada saat air cukup tersedia atau kapasitas lapang.

Evapotranspirasi Aktual (Eta) merupakan evapotranspirasi yang terjadi pada saat air yang tersedia terbatas atau dibawah kapasitas lapang.

Kapasitas lapang (KL) adalah keadaan tanah dalam kondisi jenuh, menunjukkan jumlah air maksimum yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi.

Titik Layu Permanen (TLP) merupakan batas bawah ketersediaan air dalam tanah untuk tanaman, dimana akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air untuk pertumbuhannya.

Ketersediaan Air bagi Tanaman (ATi) adalah banyaknya air di dalam tanah yang tersedia bagi tanaman yaitu berada pada kisaran antara kapasitas lapang dan titik layu permanen (TLP).

Tingkat ketersediaan air tanah dihitung dengan persamaan :

((KAT-TLP)/(KL-TLP)) x 100%

dengan kriteria sebagai berikut :

  1. Kurang : jika ketersediaan air tanah < 40%
  2. Sedang : jika ketersediaan air tanah 40% - 60%
  3. Cukup : jika ketersediaan air tanah > 60%

Tingkat Ketersediaan Air bagi Tanaman di suatu wilayah dihitung berdasarkan neraca air lahan, yang merupakan selisih antara jumlah air yang diterima lahan dan kehilangan air dari lahan melalui proses evapotranspirasi. Asumsi dalam perhitungan neraca air adalah bahwa air yang diterima lahan hanya berasal dari curah hujan dan kedalaman tinjau tanah adalah 1 meter dengan kondisi tanah homogen.

Surplus merupakan air berlebih dari curah hujan setelah kandungan air tanah mencapai Kapasitas Lapang (KL). Dihitung berdasarkan curah hujan dikurangi evapotranspirasi dan perubahan kandungan air tanah (CH-ETp-Dkat).

Pengisian air tanah merupakan kondisi terjadinya peningkatan kandungan air tanah sampai mencapai tingkat Kapasitas Lapang (KL).

Defisit merupakan kondisi terjadinya penurunan kandungan air tanah dan berkurangnya air untuk keperluan evapotranspirasi potensial (ETp) yang disebabkan CH < ETp, sehingga terdapat perbedaan/selisih evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi Aktual (ETa).

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit tular vektor yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi virus Dengue (DENV). DBD termasuk salah satu penyakit berbasis lingkungan yang sering mewabah di wilayah Indonesia.

Kecocokan Iklim untuk perkembangan nyamuk DBD merupakan kondisi iklim yang menggambarkan kecocokan iklim untuk perkembangan nyamuk penyebar penyakit DBD.

Parameter iklim yang digunakan adalah Kelembaban Udara Relatif (RH) dengan batasan RH>75%.

Angka Insiden (AI) / Incident Rate (IR) menunjukkan jumlah kasus DBD per 100.000 penduduk di suatu wilayah dengan persamaan :

AI = (Jumlah kasus DBD/jumlah penduduk)*100.000

Prakiraan Angka Insiden (AI) dihitung dengan menggunakan persamaan Regresi Binomial Negatif dengan persamaan sebagai berikut :

ln (Yt) = a ln(Yt-1) + b ln(Yt-2) + c RHt-1

dimana:

Yt = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t

Yt-1 = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t-1

Yt-2 = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t-2

RHt-1 = kelembaban udara pada bulan ke t-1