( Analisis - Bulanan ) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman di Provinsi Jawa Timur Tahun 2021

( Analisis - Bulanan ) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman di Provinsi Jawa Timur Tahun 2021
  • (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan Desember Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur



    (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan Desember Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan Desember Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur

    Hasil analisis Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman di wilayah Jawa Timur pada bulan Desember 2021 pada umumnya di Sebagian Besar wilayah Jawa Timur CUKUP.



    TINGKAT Ketersediaan Air Bagi Tanaman : CUKUP

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman CUKUP tersebut menjadikan tanah dalam kondisi basah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman berada di atas 60%.


    TINGKAT Ketersediaan Air Bagi Tanaman : SEDANG

    Sebagian kecil :-

    Sebagian :-

    Sebagian besar :-

    Seluruh :-

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman SEDANG tersebut telah terjadi pengurangan air tanah, akan tetapi tingkat ketersediaan air tanah dibawah 60%.


    TINGKAT Ketersediaan Air Bagi Tanaman : KURANG

    Sebagian kecil :-

    Sebagian :-

    Sebagian besar :-

    Seluruh :-

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman KURANG tersebut dimana curah hujan yang terjadi lebih kecil dari evapotranspirasinya sehingga tingkat ketersediaan air tanahnya berada dibawah 40%.


    (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman (ATi) Bulan Desember Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur merupakan evaluasi kejadian yang telah terjadi selama bulan Desember 2021, yang digunakan sebagai masukan dalam pembuatan prediksi tingkat ketersediaan air bagi tanaman bulan berikutnya.

    Berdasarkan analisis tingkat ketersediaan air bagi tanaman (ATi) diperoleh pula analisis surplus dan defisit neraca air lahan serta tingkat kekeringan berdasarkan indeks Thornthwaite and Mather bulan Desember 2021.


    1.


    Hasil monitoring Suhu Udara Maksimum Absolut di wilayah Indonesia pada bulan Desember 2021 umumnya pada kisaran 33.1 – 35.0°C.

    Untuk lokasi pengamatan dengan suhu udara maksimum absolut tertinggi adalah Perak I (Jawa Timur) sebesar 37.9°C.

    Suhu Udara Maksimum Absolutmerupakan suhu maksimum harian tertinggi yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Monitoring tiap Klasifikasi Suhu Udara Maksimum Absolut Bulan Desember 2021 (0 C)

    • <27.0 (0 C): -
    • 27.1 – 29.0 (0 C): Tretes Pasuruan
    • 29.1 – 31.0 (0 C): Malang, Abdurrahman Saleh Malang dan Sawahan Nganjuk
    • 31.1 – 33.0 (0 C): Pacitan dan Karangkates Malang
    • 33.1 – 35.0 (0 C): Madiun, Sangkapura Gresik, Perak I Surabaya, Juanda Sidoarjo, Kalianget Sumenep dan Banyuwangi
    • >35.0 (0 C): Maritim Perak II Surabaya

    2.


    Hasil monitoring Suhu Udara Minimum Absolut di wilayah Indonesia pada bulan Desember 2021 umumnya pada kisaran 21.1 – 23.0°C.

    Suhu Udara Minimum Absolut merupakan suhu minimum harian terendah yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Monitoring tiap Klasifikasi Suhu Udara Minimum Absolut Bulan Desember 2021 (0 C)

    • <17.1(0 C): -
    • 17.1 - 19.0 (0 C): -
    • 19.1 – 21.0 (0 C): Malang, Tretes Pasuruan, Abdurrahman Saleh Malang, dan Sawahan Nganjuk
    • 21.1 – 23.0 (0 C): Pacitan, Madiun, Sangkapura Gresik, dan Karangkates Malang
    • 23.1 – 25.0 (0 C): Perak I Surabaya, Juanda Pasuruan, Maritim Perak II Surabaya, Kalianget Sumenep dan Banyuwangi

    3.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Kelembaban Udara Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan Desember 2021 umumnya pada kisaran 80 – 90%.

    lokasi pengamatan dengan kelembaban udara rata-rata harian terendah adalah Tretes Pasuruan (Jawa Timur) sebesar 94%.

    • <70 : -
    • 70 – 75 %: Banyuwangi
    • 75 – 80 %: Malang, Karangkates Malang, dan Banyuwangi
    • 80 – 85 %: Sangkapura Gresik, Perak I Surabaya, Juanda Sidoarjo, Perak II Surabaya, Tuban, Malang, Kalianget Sumenep
    • 85 – 90 %: Karangkates Malang, Sawahan Nganjuk
    • 70 – 75 %: Tretes Pasuruan

    4.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Jumlah Penguapan di wilayah Indonesia pada bulan Desember 2021 umumnya pada kisaran 101 – 150 mm.

    • 0 - 25 (mm) : -
    • 25 - 26 (mm) : -
    • 51 - 75 (mm) : -
    • 76 - 100 (mm) : Sangkapura Gresik dan Karangkates Malang
    • 101 - 125 (mm) : Malang dan Sawahan Nganjuk
    • 126 – 150 (mm) : Perak I Surabaya, Maritim Perak II Surabaya
    • 151 – 175 (mm) : Juanda Surabaya, Kalianget Sumenep, Banyuwangi
    • >175 (mm) : -

    5.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Penguapan Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan Desember 2021 umumnya pada kisaran 3.01 – 5.00 mm.

    • 3.01 – 4.00 (mm) : Sangkapura Gresik dan Karangkates Malang
    • 4.01 – 5.00 (mm) : Perak I Surabaya, Maritim Perak II Surabaya, Malang, Sawahan Nganjuk
    • 5.01 – 6.00 (mm) : Juanda, Kalianget, Banyuwangi
    • 6.01 – 7.00 (mm) : -
    • 7.01 – 8.00 (mm) : -
    • > 8.00 (mm) : -

    6.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Lama Penyinaran Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan Desember 2021 umumnya pada kisaran 20 – 40%.

    • 0 – 20 %: Tretes Pasuruan
    • 20 – 40 %: Sangkapura Gresik, Perak I Surabaya, Juanda Sidoarjo, Perak II Surabaya, Malang, Karangkates Malang, Kalianget Sumenep, dan Sawahan Nanjuk.
    • 40 – 60 %: Banyuwangi
    • 60 – 80 %: -
    • >80 %: -

    7.


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Jumlah Evapotranspirasi Potensial (ETp) di wilayah Indonesia pada bulan Desember 2021 umumnya pada kisaran 76 – 125 mm.

    Analisis tiap Klasifikasi Jumlah Evapotranspirasi Potensial (mm) Bulan Desember 2021

    • 0 – 25 mm : -
    • 25 – 50 mm : -
    • 51 – 75 mm : Geofisika Karangkates Malang
    • 76 – 100 mm : Sangkapura Gresik dan Sawahan Nganjuk
    • 101 – 125 mm : Perak I Surabaya, Perak II Surabaya dan Kalianget Sumenep
    • 126 – 150 mm : Juanda Sidoarjo, Pasuruan, dan Banyuwangi
    • 151 – 175 mm : -
    • >175 mm : -

    8.


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Surplus dan Defisit di wilayah Indonesia pada bulan Desember 2021 sebagian besar mengalami Surplus.

    • Daerah dengan Tingkat Ketersediaan air tanah DEFISIT meliputi : -

      Pada daerah tersebut terjadi penurunan kandungan air tanah dan berkurangnya air untuk keperluan evapotranspirasi potensial (ETp) yang disebabkan Curah Hujan (CH) < evapotranspirasi potensial (ETp), sehingga terdapat perbedaan/selisih evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi Aktual (ETa).

    • Daerah dengan Tingkat Ketersediaan air tanah PENGISIAN meliputi : -

      Pada daerah tersebut terjadi peningkatan kandungan air tanah sampai mencapai tingkat kapasitas lapang (KL).

    • Daerah dengan Tingkat Ketersediaan air tanah SURPLUS meliputi : Pacitan, Madiun, Sangkapura Gresik, Tuban, Juanda Sidoarjo, Surabaya, Malang, Tretes Pasuruan, Abdul Rahman Saleh Malang, Karangkates Malang, Kalianget Sumenep, Sawahan Nganjuk, dan Banyuwangi.

      Pada daerah tersebut kandungan air tanah sudah melebihi kapasitas lapang (KL).



    9


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Tingkat Kekeringan dengan Indeks Thornthwaite and Mather di wilayah Indonesia pada bulan Desember 2021 : Ringan/Tidak Ada

    • RINGAN/ TIDAK ADA/NORMAL (<16.77) :

      Sebagian kecil : -

      Sebagian : -

      Sebagian besar : -

      Seluruh : Jawa Timur

    • SEDANG (16.77 – 33.33) :

      Sebagian kecil : -

      Sebagian : -

      Sebagian besar : -

      Seluruh : -

    • BERAT (>33.33) :

      Sebagian kecil : -

      Sebagian : -

      Sebagian besar : -

      Seluruh : -


    Data Kandungan Air Tanah bulan Desember 2021 beberapa tempat di Jawa Timur

    • Pacitan : 300
    • Madiun : 300
    • Stamet Sangkapura Gresik : 350
    • Stamet Tuban : 350
    • Stamet Juanda Sidoarjo : 350
    • Stamet Surabaya : 350
    • Staklim Malang : 350
    • Stageof Tretes Pasuruan : 300
    • Malang/ Abdul Rachman Saleh : 350
    • Stageof Karangkates Malang : 350
    • Stamet Kalianget Sumenep : 300
    • Stageof Sawahan Nganjuk : 300
    • Stamet Banyuwangi : 300

    ISTILAH – ISTILAH

    Suhu Udara Minimum Absolut merupakan suhu minimum harian terendah yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Suhu Udara Maksimum Absolutmerupakan suhu maksimum harian tertinggi yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Kelembaban Udara Relatif Rata-Rata (Relative Humidity, RH) merupakan perbandingan antara jumlah uap air yang terkandung dalam udara pada suatu waktu tertentu dengan jumlah uap air maksimal yang dapat ditampung oleh udara tersebut pada tekanan dan temperatur yang sama.

    Kelembaban udara relatif dihitung sesuai dengan laporan FKlim dengan persamaan:

    RH rata-rata harian = ((2 X RH(07WS)) + RH(13WS) + RH(18WS)) / 4

    Evapotranspirasi Potensial (ETp) merupakan evapotranspirasi yang terjadi pada saat air cukup tersedia atau kapasitas lapang.

    Evapotranspirasi Aktual (Eta) merupakan evapotranspirasi yang terjadi pada saat air yang tersedia terbatas atau dibawah kapasitas lapang.

    Kapasitas lapang (KL) adalah keadaan tanah dalam kondisi jenuh, menunjukkan jumlah air maksimum yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi.

    Titik Layu Permanen (TLP) merupakan batas bawah ketersediaan air dalam tanah untuk tanaman, dimana akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air untuk pertumbuhannya.

    Ketersediaan Air Bagi Tanaman (ATi) adalah banyaknya air di dalam tanah yang tersedia bagi tanaman yaitu berada pada kisaran antara kapasitas lapang dan titik layu permanen (TLP).

    Tingkat ketersediaan air tanah dihitung dengan persamaan :

    ((KAT-TLP)/(KL-TLP)) x 100%

    dengan kriteria sebagai berikut :

    1. Kurang
      : jika ketersediaan air tanah < 40%
    2. Sedang
      : jika ketersediaan air tanah 40% - 60%
    3. Cukup
      : jika ketersediaan air tanah > 60%

    Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman di suatu wilayah dihitung berdasarkan neraca air lahan, yang merupakan selisih antara jumlah air yang diterima lahan dan kehilangan air dari lahan melalui proses evapotranspirasi. Asumsi dalam perhitungan neraca air adalah bahwa air yang diterima lahan hanya berasal dari curah hujan dan kedalaman tinjau tanah adalah 1 meter dengan kondisi tanah homogen.

    Surplus merupakan air berlebih dari curah hujan setelah kandungan air tanah mencapai Kapasitas Lapang (KL). Dihitung berdasarkan curah hujan dikurangi evapotranspirasi dan perubahan kandungan air tanah (CH-ETp-Dkat).

    Pengisian air tanah merupakan kondisi terjadinya peningkatan kandungan air tanah sampai mencapai tingkat Kapasitas Lapang (KL).

    Defisit merupakan kondisi terjadinya penurunan kandungan air tanah dan berkurangnya air untuk keperluan evapotranspirasi potensial (ETp) yang disebabkan CH < ETp, sehingga terdapat perbedaan/selisih evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi Aktual (ETa).

    Tingkat Kekeringan Berdasarkan Indeks Thornthwaite and Mather adalah tingkat kekeringan dari perhitungan empiris neraca air lahan dengan variabel curah hujan dan evapotranspirasi (ETp).

    Indeks kekeringan dihitung dengan nilai prosentase perbandingan antara nilai Defisit dan Evaporasi Potensial (PE) dengan persamaan :

    Ia = (D/PE)x100.

    Berdasarkan nilai indeks kekeringan dikategori sebagai berikut:

    Tingkat Kekeringan :

    1. Berat : Jika indeks kekeringan < 16.77
    2. Sedang : Jika indeks kekeringan 16.77 – 33.33
    3. Ringan : Jika indeks kekeringan > 33.

    Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Lahan Gambut di suatu wilayah dihitung berdasarkan neraca air lahan yang merupakan selisih antara jumlah air yang diterima lahan gambut dan kehilangan air dari lahan gambut melalui proses evapotranspirasi dimana evapotranspirasi * 1.1 (nilai koefisien tanaman gambut).

    Asumsi dalam perhitungan neraca air adalah bahwa air yang diterima lahan gambut hanya berasal dari curah hujan dimana curah hujan *0.164 (nilai intersepsi lahan gambut) dan kedalaman tinjau tanah adalah 1 meter atau pada kedalaman gambut dangkal.

    Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit tular vektor yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi virus Dengue (DENV). DBD termasuk salah satu penyakit berbasis lingkungan yang sering mewabah di wilayah Jawa Timur.

    Kecocokan Iklim untuk perkembangan nyamuk DBD merupakan kondisi iklim yang menggambarkan kecocokan iklim untuk perkembangan nyamuk penyebar penyakit DBD.

    Parameter iklim yang digunakan adalah Kelembaban Udara Relatif (RH) dengan batasan RH>75%.

    Angka Insiden (AI) / Incident Rate (IR) menunjukkan jumlah kasus DBD per 100.000 penduduk di suatu wilayah dengan persamaan :

    AI = (Jumlah kasus DBD/jumlah penduduk)*100.000

    Prakiraan Angka Insiden (AI) dihitung dengan menggunakan persamaan Regresi Binomial Negatif dengan persamaan sebagai berikut :

    ln (Yt) = a ln(Yt-1) + b ln(Yt-2) + c RHt-1

    dimana:

    Yt = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t

    Yt-1 = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t-1

    Yt-2 = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t-2

    RHt-1 = kelembaban udara pada bulan ke t-1

  • (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan November Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur



    (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan November Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan November Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur

    Hasil analisis Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman di wilayah Jawa Timur pada bulan November 2021 pada umumnya di Sebagian Besar wilayah Jawa Timur CUKUP.



    TINGKAT Ketersediaan Air Bagi Tanaman : CUKUP

    Sebagian besar :Jawa Timur

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman CUKUP tersebut menjadikan tanah dalam kondisi basah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman berada di atas 60%.


    TINGKAT Ketersediaan Air Bagi Tanaman : SEDANG

    Sebagian kecil :Tuban, Lamongan, Mojokerto, Sidoarjo, Kota Surabaya, Gresik, dan Pamekasan

    Sebagian :-

    Sebagian besar :Sampang

    Seluruh :-

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman SEDANG tersebut telah terjadi pengurangan air tanah, akan tetapi tingkat ketersediaan air tanah dibawah 60%.


    TINGKAT Ketersediaan Air Bagi Tanaman : KURANG

    Bangkalan

    Sebagian kecil :Sidoarjo dan Sampang

    Sebagian :Lamongan

    Sebagian besar :Gresik dan Kota Surabaya

    Seluruh :-

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman KURANG tersebut dimana curah hujan yang terjadi lebih kecil dari evapotranspirasinya sehingga tingkat ketersediaan air tanahnya berada dibawah 40%.


    (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman (ATi) Bulan November Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur merupakan evaluasi kejadian yang telah terjadi selama bulan November 2021, yang digunakan sebagai masukan dalam pembuatan prediksi tingkat ketersediaan air bagi tanaman bulan berikutnya.

    Berdasarkan analisis tingkat ketersediaan air bagi tanaman (ATi) diperoleh pula analisis surplus dan defisit neraca air lahan serta tingkat kekeringan berdasarkan indeks Thornthwaite and Mather bulan November 2021.


    1.


    Hasil monitoring Suhu Udara Maksimum Absolut di wilayah Indonesia pada bulan November 2021 umumnya pada kisaran 33.1 – 35.0°C.

    Untuk lokasi pengamatan dengan suhu udara maksimum absolut tertinggi adalah Perak I (Jawa Timur) sebesar 37.9°C.

    Suhu Udara Maksimum Absolutmerupakan suhu maksimum harian tertinggi yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Monitoring tiap Klasifikasi Suhu Udara Maksimum Absolut Bulan November 2021 (0 C)

    • <27.0 (0 C): -
    • 27.1 – 29.0 (0 C): Tretes Pasuruan
    • 29.1 – 31.0 (0 C): Sawahan Nganjuk dan Malang
    • 31.1 – 33.0 (0 C): Malang, Pacitan dan Banyuwangi,
    • 33.1 – 35.0 (0 C): Sangkapura Gresik, Madiun, Kalianget Sumenep, Karangkates Malang
    • >35.0 (0 C): Juanda Sidoarjo, Perak I Surabaya dan Perak II Surabaya

    2.


    Hasil monitoring Suhu Udara Minimum Absolut di wilayah Indonesia pada bulan November 2021 umumnya pada kisaran 21.1 – 23.0°C.

    Suhu Udara Minimum Absolut merupakan suhu minimum harian terendah yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Monitoring tiap Klasifikasi Suhu Udara Minimum Absolut Bulan November 2021 (0 C)

    • <17.1(0 C): Tretes Pasuruan
    • 17.1 - 19.0 (0 C): Malang/ Abdulrachman Saleh dan Malang
    • 19.1 – 21.0 (0 C): Karangkates Malang dan Sawahan Nganjuk
    • 21.1 – 23.0 (0 C): Juanda Sidoarjo, Banyuwangi, Perak I Surabaya, Pacitan, dan Perak II Surabaya
    • 23.1 – 25.0 (0 C): Madiun, Kalianget Sumenep, Sangkapura Gresik

    3.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Kelembaban Udara Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan November 2021 umumnya pada kisaran 80 – 90%.

    lokasi pengamatan dengan kelembaban udara rata-rata harian terendah adalah Perak I Surabaya (Jawa Timur) sebesar 69%.

    • <70 : -
    • 70 – 75 %: -
    • 75 – 80 %: -
    • 80 – 85 %: Perak I Surabaya, Juanda Sidoarjo, Perak II Surabaya, Tuban, Malang, dan Banyuwangi
    • 85 – 90 %: Sangkapura Gresik, Karang Kates Malang, Sawahan Nganjuk, dan Kalianget Sumenep
    • >90 % %: Tretes

    4.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Jumlah Penguapan di wilayah Indonesia pada bulan November 2021 umumnya pada kisaran 101 – 150 mm.

    • 0 - 25 (mm) : -
    • 26 - 50 (mm) : -
    • 51 - 75 (mm) : -
    • 76 - 100 (mm) : Karangkates Malang dan Perak I Surabaya
    • 101 - 125 (mm) : Maritim Perak II Surabaya, Kalianget Sumenep, Sangkapura Gresik dan Sawahan Nganjuk
    • 126 – 150 (mm) : Banyuwangi dan Malang
    • 151 – 175 (mm) : Juanda Sidoarjo
    • >175 (mm) : -

    5.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Penguapan Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan November 2021 umumnya pada kisaran 3.01 – 5.00 mm.

    • 0.00 – 1.00 (mm) : -
    • 1.01 – 2.00 (mm) : -
    • 2.01 – 3.00 (mm) : -
    • 3.01 – 4.00 (mm) : Karangkates Malang, Perak I Surabaya, Maritim Perak II Surabaya, Kalianget Sumenep dan Sangkapura Gresik
    • 4.01 – 5.00 (mm) : Sawahan Nganjuk, Banyuwangi dan Malang
    • 5.01 – 6.00 (mm) : Juanda Sidoarjo
    • 6.01 – 7.00 (mm) : -
    • 7.01 – 8.00 (mm) : -

    6.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Lama Penyinaran Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan November 2021 umumnya pada kisaran 20 – 40%.

    • 0 – 20 %: Tretes Pasuruan
    • 20 – 40 %: Sangkapura Gresik, Perak I Surabaya, Juanda Sidoarjo, Maritim Perak II Suarabaya, Malang, Karangkates Malang, Kalianget Sumenep, Sawahan Nganjuk dan Banyuwangi
    • 40 – 60 %: -
    • 60 – 80 %: -
    • >80 %: -

    7.


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Jumlah Evapotranspirasi Potensial (ETp) di wilayah Indonesia pada bulan November 2021 umumnya pada kisaran 76 – 125 mm.

    Analisis tiap Klasifikasi Jumlah Evapotranspirasi Potensial (mm) Bulan November 2021

    • 0 – 25 mm : -
    • 26 – 50 mm : -
    • 51 – 75 mm : -
    • 76 – 100 mm : Sangkapura Gresik, Perak I Surabaya, Perak II Surabaya, Geofisika Malang, Kalianget Sumenep, dan Nganjuk
    • 101 – 125 mm : Juanda Sidoarjo, Malang, dan Banyuwangi
    • 126 – 150 mm : -
    • 151 – 175 mm : -
    • >175 mm : -

    8.


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Surplus dan Defisit di wilayah Indonesia pada bulan November 2021 sebagian besar mengalami Surplus.

    • Daerah dengan Tingkat Ketersediaan air tanah DEFISIT meliputi : -

      Pada daerah tersebut terjadi penurunan kandungan air tanah dan berkurangnya air untuk keperluan evapotranspirasi potensial (ETp) yang disebabkan Curah Hujan (CH) < evapotranspirasi potensial (ETp), sehingga terdapat perbedaan/selisih evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi Aktual (ETa).

    • Daerah dengan Tingkat Ketersediaan air tanah PENGISIAN meliputi : Tuban, Juanda Sidoarjo, Surabaya, dan Banyuwangi

      Pada daerah tersebut terjadi peningkatan kandungan air tanah sampai mencapai tingkat kapasitas lapang (KL).

    • Daerah dengan Tingkat Ketersediaan air tanah SURPLUS meliputi : Pacitan, Madiun, Sangkapura Gresik, Malang, Tretes Pasuruan, Karangkates Malang, Kalianget Sumenep dan Sawahan Nganjuk

      Pada daerah tersebut kandungan air tanah sudah melebihi kapasitas lapang (KL).



    9


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Tingkat Kekeringan dengan Indeks Thornthwaite and Mather di wilayah Indonesia pada bulan November 2021 : Ringan/Tidak Ada

    • RINGAN/ TIDAK ADA/NORMAL (<16.77) :

      Sebagian besar Jawa Timur.

    • SEDANG (16.77 – 33.33) :

      -

      Sebagian kecil : -

      Sebagian : -

      Sebagian besar : -

      Seluruh : -

    • BERAT (>33.33) :

      -

      Sebagian kecil : -

      Sebagian : -

      Sebagian besar : -

      Seluruh : -


    Data Kandungan Air Tanah bulan November 2021 beberapa tempat di Jawa Timur

    • Pacitan : 300
    • Madiun : 300
    • Stamet Sangkapura Gresik : 350
    • Stamet Tuban : 240
    • Stamet Juanda Sidoarjo : 332
    • Stamet Surabaya : 170
    • Staklim Malang : 350
    • Stageof Tretes Pasuruan : 300
    • Malang/ Abdul Rachman Saleh : 350
    • Stageof Karangkates Malang : 350
    • Stamet Kalianget Sumenep : 300
    • Stageof Sawahan Nganjuk : 300
    • Stamet Banyuwangi : 240

    ISTILAH – ISTILAH

    Suhu Udara Minimum Absolut merupakan suhu minimum harian terendah yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Suhu Udara Maksimum Absolutmerupakan suhu maksimum harian tertinggi yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Kelembaban Udara Relatif Rata-Rata (Relative Humidity, RH) merupakan perbandingan antara jumlah uap air yang terkandung dalam udara pada suatu waktu tertentu dengan jumlah uap air maksimal yang dapat ditampung oleh udara tersebut pada tekanan dan temperatur yang sama.

    Kelembaban udara relatif dihitung sesuai dengan laporan FKlim dengan persamaan:

    RH rata-rata harian = ((2 X RH(07WS)) + RH(13WS) + RH(18WS)) / 4

    Evapotranspirasi Potensial (ETp) merupakan evapotranspirasi yang terjadi pada saat air cukup tersedia atau kapasitas lapang.

    Evapotranspirasi Aktual (Eta) merupakan evapotranspirasi yang terjadi pada saat air yang tersedia terbatas atau dibawah kapasitas lapang.

    Kapasitas lapang (KL) adalah keadaan tanah dalam kondisi jenuh, menunjukkan jumlah air maksimum yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi.

    Titik Layu Permanen (TLP) merupakan batas bawah ketersediaan air dalam tanah untuk tanaman, dimana akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air untuk pertumbuhannya.

    Ketersediaan Air Bagi Tanaman (ATi) adalah banyaknya air di dalam tanah yang tersedia bagi tanaman yaitu berada pada kisaran antara kapasitas lapang dan titik layu permanen (TLP).

    Tingkat ketersediaan air tanah dihitung dengan persamaan :

    ((KAT-TLP)/(KL-TLP)) x 100%

    dengan kriteria sebagai berikut :

    1. Kurang
      : jika ketersediaan air tanah < 40%
    2. Sedang
      : jika ketersediaan air tanah 40% - 60%
    3. Cukup
      : jika ketersediaan air tanah > 60%

    Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman di suatu wilayah dihitung berdasarkan neraca air lahan, yang merupakan selisih antara jumlah air yang diterima lahan dan kehilangan air dari lahan melalui proses evapotranspirasi. Asumsi dalam perhitungan neraca air adalah bahwa air yang diterima lahan hanya berasal dari curah hujan dan kedalaman tinjau tanah adalah 1 meter dengan kondisi tanah homogen.

    Surplus merupakan air berlebih dari curah hujan setelah kandungan air tanah mencapai Kapasitas Lapang (KL). Dihitung berdasarkan curah hujan dikurangi evapotranspirasi dan perubahan kandungan air tanah (CH-ETp-Dkat).

    Pengisian air tanah merupakan kondisi terjadinya peningkatan kandungan air tanah sampai mencapai tingkat Kapasitas Lapang (KL).

    Defisit merupakan kondisi terjadinya penurunan kandungan air tanah dan berkurangnya air untuk keperluan evapotranspirasi potensial (ETp) yang disebabkan CH < ETp, sehingga terdapat perbedaan/selisih evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi Aktual (ETa).

    Tingkat Kekeringan Berdasarkan Indeks Thornthwaite and Mather adalah tingkat kekeringan dari perhitungan empiris neraca air lahan dengan variabel curah hujan dan evapotranspirasi (ETp).

    Indeks kekeringan dihitung dengan nilai prosentase perbandingan antara nilai Defisit dan Evaporasi Potensial (PE) dengan persamaan :

    Ia = (D/PE)x100.

    Berdasarkan nilai indeks kekeringan dikategori sebagai berikut:

    Tingkat Kekeringan :

    1. Berat : Jika indeks kekeringan < 16.77
    2. Sedang : Jika indeks kekeringan 16.77 – 33.33
    3. Ringan : Jika indeks kekeringan > 33.

    Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Lahan Gambut di suatu wilayah dihitung berdasarkan neraca air lahan yang merupakan selisih antara jumlah air yang diterima lahan gambut dan kehilangan air dari lahan gambut melalui proses evapotranspirasi dimana evapotranspirasi * 1.1 (nilai koefisien tanaman gambut).

    Asumsi dalam perhitungan neraca air adalah bahwa air yang diterima lahan gambut hanya berasal dari curah hujan dimana curah hujan *0.164 (nilai intersepsi lahan gambut) dan kedalaman tinjau tanah adalah 1 meter atau pada kedalaman gambut dangkal.

    Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit tular vektor yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi virus Dengue (DENV). DBD termasuk salah satu penyakit berbasis lingkungan yang sering mewabah di wilayah Jawa Timur.

    Kecocokan Iklim untuk perkembangan nyamuk DBD merupakan kondisi iklim yang menggambarkan kecocokan iklim untuk perkembangan nyamuk penyebar penyakit DBD.

    Parameter iklim yang digunakan adalah Kelembaban Udara Relatif (RH) dengan batasan RH>75%.

    Angka Insiden (AI) / Incident Rate (IR) menunjukkan jumlah kasus DBD per 100.000 penduduk di suatu wilayah dengan persamaan :

    AI = (Jumlah kasus DBD/jumlah penduduk)*100.000

    Prakiraan Angka Insiden (AI) dihitung dengan menggunakan persamaan Regresi Binomial Negatif dengan persamaan sebagai berikut :

    ln (Yt) = a ln(Yt-1) + b ln(Yt-2) + c RHt-1

    dimana:

    Yt = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t

    Yt-1 = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t-1

    Yt-2 = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t-2

    RHt-1 = kelembaban udara pada bulan ke t-1

  • (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan Oktober Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur



    (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan Oktober Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan Oktober Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur

    Hasil analisis Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman di wilayah Jawa Timur pada bulan Oktober 2021 pada umumnya di Sebagian Besar wilayah Jawa Timur KURANG.



    TINGKAT Ketersediaan Air Bagi Tanaman : CUKUP

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman CUKUP tersebut menjadikan tanah dalam kondisi basah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman berada di atas 60%.


    TINGKAT Ketersediaan Air Bagi Tanaman : SEDANG

    Sebagian kecil :Ngawi, Magetan, Ponorogo, Tulungagung, Kediri, Nganjuk, Madiun, Jombang, Malang, Kota Batu, Mojokerto, Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Bondowoso, Situbondo, dan Banyuwangi

    Sebagian :Kota Malang dan Jember

    Sebagian besar :Pacitan dan Blitar

    Seluruh :Kota Jember

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman SEDANG tersebut telah terjadi pengurangan air tanah, akan tetapi tingkat ketersediaan air tanah dibawah 60%.


    TINGKAT Ketersediaan Air Bagi Tanaman : KURANG

    Sebagian kecil :Pacitan, Kota Batu, Bondowoso, dan Banyuwangi

    Sebagian :Jember dan Situbondo

    Sebagian besar :Ngawi, Magetan, Ponorogo, Madiun, Nganjuk, Kediri, Tulungagung, Mojokerto, Pasuruan, Magelang, Malang, Jombang, Blitar, Lumajang dan Probolinggo

    Seluruh :Kota Madiun, Trenggalek, Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik, Kota Surabaya, Kota Mojokerto, Sidoarjo, Kota Pasuruan, Kota Blitar, Kota Probolinggo, Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman KURANG tersebut dimana curah hujan yang terjadi lebih kecil dari evapotranspirasinya sehingga tingkat ketersediaan air tanahnya berada dibawah 40%.


    (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman (ATi) Bulan Oktober Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur merupakan evaluasi kejadian yang telah terjadi selama bulan Oktober 2021, yang digunakan sebagai masukan dalam pembuatan prediksi tingkat ketersediaan air bagi tanaman bulan berikutnya.

    Berdasarkan analisis tingkat ketersediaan air bagi tanaman (ATi) diperoleh pula analisis surplus dan defisit neraca air lahan serta tingkat kekeringan berdasarkan indeks Thornthwaite and Mather bulan Oktober 2021.


    1.


    Hasil monitoring Suhu Udara Maksimum Absolut di wilayah Indonesia pada bulan Oktober 2021 umumnya pada kisaran 33.1 – 35.0°C.

    Untuk lokasi pengamatan dengan suhu udara maksimum absolut tertinggi adalah Perak I (Jawa Timur) sebesar 37.9°C.

    Suhu Udara Maksimum Absolutmerupakan suhu maksimum harian tertinggi yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Monitoring tiap Klasifikasi Suhu Udara Maksimum Absolut Bulan Oktober 2021 (0 C)

    • <27.0 (0 C): -
    • 29.1 – 31.0 (0 C): Tretes Pasuruan
    • 31.1 – 33.0 (0 C): Pacitan, Malang, Banyuwangi, dan Sawahan Nganjuk
    • 33.1 – 35.0 (0 C): Kalianget Sumenep dan Karangkates Malang
    • >35.0 (0 C): Juanda Sidoarjo, Perak I Surabaya, Perak II Surabaya dan Madiun

    2.


    Hasil monitoring Suhu Udara Minimum Absolut di wilayah Indonesia pada bulan Oktober 2021 umumnya pada kisaran 21.1 – 23.0°C.

    Suhu Udara Minimum Absolut merupakan suhu minimum harian terendah yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Monitoring tiap Klasifikasi Suhu Udara Minimum Absolut Bulan Oktober 2021 (0 C)

    • <17.1(0 C): Tretes Pasuruan
    • 17.1 - 19.0 (0 C): Malang
    • 19.1 – 21.0 (0 C): Karangkates Malang, Sawahan Nganjuk, Malang/ Abdulrachman Saleh dan Banyuwangi,
    • 21.1 – 23.0 (0 C): Juanda Sidoarjo, Madiun, Perak I Surabaya dan Madiun
    • 23.1 – 25.0 (0 C): Pacitan, Kalianget Sumenep, Sangkapura Gresik, Perak II Surabaya

    3.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Kelembaban Udara Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan Oktober 2021 umumnya pada kisaran 80 – 90%.

    lokasi pengamatan dengan kelembaban udara rata-rata harian terendah adalah Perak I Surabaya (Jawa Timur) sebesar 69%.

    • <70 : Perak I Surabaya
    • 70 – 75 %: Juanda Sidoarjo, Perak II Surabaya, Tuban, Sawahan Nganjuk, dan Kalianget Sumenep
    • 75 – 80 %: Malang, Karangkates Malang, dan Banyuwangi
    • 80 – 85 %: Sangkapura Gresik, dan Tretes Pasuruan

    4.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Jumlah Penguapan di wilayah Indonesia pada bulan Oktober 2021 umumnya pada kisaran 101 – 150 mm.

    • 101 - 125 (mm) : -
    • 126 – 150 (mm) : Karangkates Malang
    • 151 – 175 (mm) : Sangkapura Gresik, Perak I Surabaya, Perak II Surabaya, Malang, Sawahan Nganjuk dan Banyuwangi
    • >175 (mm) : Juanda Sidoarjo dan Kalianget Sumenep

    5.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Penguapan Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan Oktober 2021 umumnya pada kisaran 3.01 – 5.00 mm.

    • 3.01 – 4.00 (mm) : -
    • 4.01 – 5.00 (mm) : Sangkapura Gresik, Karangkates Malang, dan Sawahan Nganjuk
    • 5.01 – 6.00 (mm) : Perak I Surabaya, Perak II Surabaya, Juanda Sidoarjo, Klimatologi Malang dan Banyuwangi
    • 6.01 – 7.00 (mm) : Kalianget Sumenep

    6.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Lama Penyinaran Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan Oktober 2021 umumnya pada kisaran 20 – 60%.

    • 40 – 60 %: Perak I Surabaya, Malang, Tretes Pasuruan dan Karangkates Malang
    • 60 – 80 %: Sangkapura Gresik, Juanda Sidoarjo, Maritim Perak II Surabaya, Kalianget Sumenep, Sawahan Nganjuk dan Banyuwangi

    7.


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Jumlah Evapotranspirasi Potensial (ETp) di wilayah Indonesia pada bulan Oktober 2021 umumnya pada kisaran 76 – 125 mm.

    Analisis tiap Klasifikasi Jumlah Evapotranspirasi Potensial (mm) Bulan Oktober 2021

    • 76 – 100 mm : -
    • 101 – 125 mm : Sangkapura Gresik, Karangkates Malang dan Sawahan Nganjuk
    • 126 – 150 mm : Perak I Surabaya, Juanda Sidoarjo, Perak II Surabaya Malang, dan Banyuwangi
    • 151 – 175 mm : Kalianget Sumenep

    8.


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Surplus dan Defisit di wilayah Indonesia pada bulan Oktober 2021 sebagian besar mengalami Surplus.

    • Daerah dengan Tingkat Ketersediaan air tanah DEFISIT meliputi : Madiun, Tuban, Juanda Sidoarjo, Surabaya, Abdul Rahmasaleh Malang, Karangkates Malang, Kalianget Sumenep, Sawahan Nganjuk dan Banyuwangi

      Pada daerah tersebut terjadi penurunan kandungan air tanah dan berkurangnya air untuk keperluan evapotranspirasi potensial (ETp) yang disebabkan Curah Hujan (CH) < evapotranspirasi potensial (ETp), sehingga terdapat perbedaan/selisih evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi Aktual (ETa).

    • Daerah dengan Tingkat Ketersediaan air tanah PENGISIAN meliputi : Pacitan dan Malang

      Pada daerah tersebut terjadi peningkatan kandungan air tanah sampai mencapai tingkat kapasitas lapang (KL).

    • Daerah dengan Tingkat Ketersediaan air tanah SURPLUS meliputi : Sangkapura Gresik, Tretes Pasuruan

      Pada daerah tersebut kandungan air tanah sudah melebihi kapasitas lapang (KL).



    9


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Tingkat Kekeringan dengan Indeks Thornthwaite and Mather di wilayah Indonesia pada bulan Oktober 2021 : Ringan/Tidak Ada

    • RINGAN/ TIDAK ADA/NORMAL (<16.77) :

      Sebagian besar Jawa Timur.

    • SEDANG (16.77 – 33.33) :

      Sebagian kecil : Ngawi, Ponorogo, Kediri, Tulungagung, Malang, Sidoarjo, Pasuruan, Lumajang, Jember, Situbondo dan Sumenep

      Sebagian : Bojonegoro, Mojokerto dan Magetan

      Sebagian besar : Tuban, Madiun, Nganjuk, Kota Kediri, Blitar, Jombang, Bangkalan dan Sampang

      Seluruh : Kota Pasuruan dan Pamekasan

    • BERAT (>33.33) :

      Sebagian kecil : Madiun, Tuban, Jombang, Blitar, Malang dan Bangkalan

      Sebagian : Bononegoro, sebagian besar Gresik, Sidoarjo dan Sumenep

      Sebagian besar : -

      Seluruh : kota Madiun, Lamongan dan Kota Surabaya


    Data Kandungan Air Tanah bulan Oktober 2021 beberapa tempat di Jawa Timur

    • Pacitan : 246
    • Madiun : 72
    • Stamet Sangkapura Gresik : 350
    • Stamet Tuban : 96
    • Stamet Juanda Sidoarjo : 123
    • Stamet Surabaya : 128
    • Staklim Malang : 235
    • Stageof Tretes Pasuruan : 300
    • Malang/ Abdul Rachman Saleh : 272
    • Stageof Karangkates Malang : 221
    • Stamet Kalianget Sumenep : 52
    • Stageof Sawahan Nganjuk : 107
    • Stamet Banyuwangi : 182

    ISTILAH – ISTILAH

    Suhu Udara Minimum Absolut merupakan suhu minimum harian terendah yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Suhu Udara Maksimum Absolutmerupakan suhu maksimum harian tertinggi yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Kelembaban Udara Relatif Rata-Rata (Relative Humidity, RH) merupakan perbandingan antara jumlah uap air yang terkandung dalam udara pada suatu waktu tertentu dengan jumlah uap air maksimal yang dapat ditampung oleh udara tersebut pada tekanan dan temperatur yang sama.

    Kelembaban udara relatif dihitung sesuai dengan laporan FKlim dengan persamaan:

    RH rata-rata harian = ((2 X RH(07WS)) + RH(13WS) + RH(18WS)) / 4

    Evapotranspirasi Potensial (ETp) merupakan evapotranspirasi yang terjadi pada saat air cukup tersedia atau kapasitas lapang.

    Evapotranspirasi Aktual (Eta) merupakan evapotranspirasi yang terjadi pada saat air yang tersedia terbatas atau dibawah kapasitas lapang.

    Kapasitas lapang (KL) adalah keadaan tanah dalam kondisi jenuh, menunjukkan jumlah air maksimum yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi.

    Titik Layu Permanen (TLP) merupakan batas bawah ketersediaan air dalam tanah untuk tanaman, dimana akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air untuk pertumbuhannya.

    Ketersediaan Air Bagi Tanaman (ATi) adalah banyaknya air di dalam tanah yang tersedia bagi tanaman yaitu berada pada kisaran antara kapasitas lapang dan titik layu permanen (TLP).

    Tingkat ketersediaan air tanah dihitung dengan persamaan :

    ((KAT-TLP)/(KL-TLP)) x 100%

    dengan kriteria sebagai berikut :

    1. Kurang
      : jika ketersediaan air tanah < 40%
    2. Sedang
      : jika ketersediaan air tanah 40% - 60%
    3. Cukup
      : jika ketersediaan air tanah > 60%

    Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman di suatu wilayah dihitung berdasarkan neraca air lahan, yang merupakan selisih antara jumlah air yang diterima lahan dan kehilangan air dari lahan melalui proses evapotranspirasi. Asumsi dalam perhitungan neraca air adalah bahwa air yang diterima lahan hanya berasal dari curah hujan dan kedalaman tinjau tanah adalah 1 meter dengan kondisi tanah homogen.

    Surplus merupakan air berlebih dari curah hujan setelah kandungan air tanah mencapai Kapasitas Lapang (KL). Dihitung berdasarkan curah hujan dikurangi evapotranspirasi dan perubahan kandungan air tanah (CH-ETp-Dkat).

    Pengisian air tanah merupakan kondisi terjadinya peningkatan kandungan air tanah sampai mencapai tingkat Kapasitas Lapang (KL).

    Defisit merupakan kondisi terjadinya penurunan kandungan air tanah dan berkurangnya air untuk keperluan evapotranspirasi potensial (ETp) yang disebabkan CH < ETp, sehingga terdapat perbedaan/selisih evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi Aktual (ETa).

    Tingkat Kekeringan Berdasarkan Indeks Thornthwaite and Mather adalah tingkat kekeringan dari perhitungan empiris neraca air lahan dengan variabel curah hujan dan evapotranspirasi (ETp).

    Indeks kekeringan dihitung dengan nilai prosentase perbandingan antara nilai Defisit dan Evaporasi Potensial (PE) dengan persamaan :

    Ia = (D/PE)x100.

    Berdasarkan nilai indeks kekeringan dikategori sebagai berikut:

    Tingkat Kekeringan :

    1. Berat : Jika indeks kekeringan < 16.77
    2. Sedang : Jika indeks kekeringan 16.77 – 33.33
    3. Ringan : Jika indeks kekeringan > 33.

    Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Lahan Gambut di suatu wilayah dihitung berdasarkan neraca air lahan yang merupakan selisih antara jumlah air yang diterima lahan gambut dan kehilangan air dari lahan gambut melalui proses evapotranspirasi dimana evapotranspirasi * 1.1 (nilai koefisien tanaman gambut).

    Asumsi dalam perhitungan neraca air adalah bahwa air yang diterima lahan gambut hanya berasal dari curah hujan dimana curah hujan *0.164 (nilai intersepsi lahan gambut) dan kedalaman tinjau tanah adalah 1 meter atau pada kedalaman gambut dangkal.

    Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit tular vektor yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi virus Dengue (DENV). DBD termasuk salah satu penyakit berbasis lingkungan yang sering mewabah di wilayah Jawa Timur.

    Kecocokan Iklim untuk perkembangan nyamuk DBD merupakan kondisi iklim yang menggambarkan kecocokan iklim untuk perkembangan nyamuk penyebar penyakit DBD.

    Parameter iklim yang digunakan adalah Kelembaban Udara Relatif (RH) dengan batasan RH>75%.

    Angka Insiden (AI) / Incident Rate (IR) menunjukkan jumlah kasus DBD per 100.000 penduduk di suatu wilayah dengan persamaan :

    AI = (Jumlah kasus DBD/jumlah penduduk)*100.000

    Prakiraan Angka Insiden (AI) dihitung dengan menggunakan persamaan Regresi Binomial Negatif dengan persamaan sebagai berikut :

    ln (Yt) = a ln(Yt-1) + b ln(Yt-2) + c RHt-1

    dimana:

    Yt = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t

    Yt-1 = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t-1

    Yt-2 = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t-2

    RHt-1 = kelembaban udara pada bulan ke t-1

  • (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan September Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur



    (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan September Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan September Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur

    Hasil analisis Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman di wilayah Jawa Timur pada bulan September 2021 pada umumnya di Sebagian Besar wilayah Jawa Timur KURANG.



    TINGKAT Ketersediaan Air Bagi Tanaman : CUKUP

    Sebagian kecil :Ngawi, Magetan, Madiun, Ponorogo, Nganjuk, Kota Batu, Malang, Pasuruan, Lumajang, Probolinggo, Situbondo, dan Jember

    Sebagian besar :Bondowoso dan Banyuwangi

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman CUKUP tersebut menjadikan tanah dalam kondisi basah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman berada di atas 60%.


    TINGKAT Ketersediaan Air Bagi Tanaman : SEDANG

    Kota Jember

    Sebagian Kecil :Ngawi, Magetan, Pacitan, Ponorogo, Kediri, Tulungagung, Nganjuk, Madiun, Malang, Pasuruan, Lumajang, Probolinggo, Bondowoso, Banyuwangi, dan Sumenep

    Sebagian :Kota Malang, Kota Batu, Jember dan Situbondo

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman SEDANG tersebut telah terjadi pengurangan air tanah, akan tetapi tingkat ketersediaan air tanah dibawah 60%.


    TINGKAT Ketersediaan Air Bagi Tanaman : KURANG

    Sebagian Besar :Jawa Timur

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman KURANG tersebut dimana curah hujan yang terjadi lebih kecil dari evapotranspirasinya sehingga tingkat ketersediaan air tanahnya berada dibawah 40%.


    (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman (ATi) Bulan September Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur merupakan evaluasi kejadian yang telah terjadi selama bulan September 2021, yang digunakan sebagai masukan dalam pembuatan prediksi tingkat ketersediaan air bagi tanaman bulan berikutnya.

    Berdasarkan analisis tingkat ketersediaan air bagi tanaman (ATi) diperoleh pula analisis surplus dan defisit neraca air lahan serta tingkat kekeringan berdasarkan indeks Thornthwaite and Mather bulan September 2021.


    1.


    Hasil monitoring Suhu Udara Maksimum Absolut di wilayah Indonesia pada bulan September 2021 umumnya pada kisaran 33.1 – 35.0°C.

    Untuk lokasi pengamatan dengan suhu udara maksimum absolut tertinggi adalah Perak I (Jawa Timur) sebesar 36.4°C.

    Suhu Udara Maksimum Absolutmerupakan suhu maksimum harian tertinggi yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Monitoring tiap Klasifikasi Suhu Udara Maksimum Absolut Bulan September 2021 (0 C)

    • <27.0 (0 C): -
    • 29.1 – 31.0 (0 C): Tretes Pasuruan
    • 31.1 – 33.0 (0 C): Malang, Banyuwangi, Sangkapura Gresik dan Sawahan Nganjuk
    • 33.1 – 35.0 (0 C): Karangkates Malang, Kalianget Sumenep dan Madiun
    • >35.0 (0 C): Juanda Sidoarjo, Perak I Surabaya dan Perak II Surabaya

    2.


    Hasil monitoring Suhu Udara Minimum Absolut di wilayah Indonesia pada bulan September 2021 umumnya pada kisaran 21.1 – 23.0°C.

    Lokasi pengamatan dengan suhu udara minimum absolut tertinggi adalah Sangkapura Gresik (Jawa Timur) sebesar 24.1 °C.

    Suhu Udara Minimum Absolut merupakan suhu minimum harian terendah yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Monitoring tiap Klasifikasi Suhu Udara Minimum Absolut Bulan September 2021 (0 C)

    • <17.1(0 C): Tretes Pasuruan dan Malang/ Abdulrachman Saleh
    • 17.1 - 19.0 (0 C): Sawahan Nganjuk dan Malang/ Stasiun Klimatologi
    • 19.1 – 21.0 (0 C): Karangkates Malang
    • 21.1 – 23.0 (0 C): Banyuwangi, Madiun, Perak I Surabaya, Perak II Surabaya dan Kalinget Sumenep
    • 23.1 – 25.0 (0 C): Juanda Sidoarjo, dan Sangkapura Gresik

    3.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Kelembaban Udara Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan September 2021 umumnya pada kisaran 80 – 90%.

    • <70 : Perak I Surabaya
    • 70 – 75 %: Juanda Sidoarjo, Perak II Surabaya, Tuban, Sawahan Nganjuk, dan Kalianget Sumenep
    • 75 – 80 %: Sangkapura Gresik dan Malang
    • 80 – 85 %: Tretes Pasuruan, Karangkates Malang dan Banyuwangi

    4.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Jumlah Penguapan di wilayah Indonesia pada bulan September 2021 umumnya pada kisaran 101 – 150 mm.

    • 101 - 125 (mm) : Juanda Sidoarjo.
    • 126 – 150 (mm) : Sangkapura Gresik, Malang, Karangkates Malang, dan Sawahan Nganjuk
    • 151 – 175 (mm) : Perak I Surabaya, Perak II Surabaya dan Banyuwangi
    • >175 (mm) : Kalianget Sumenep

    5.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Penguapan Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan September 2021 umumnya pada kisaran 3.01 – 5.00 mm.

    • 3.01 – 4.00 (mm) : Juanda Sidoarjo
    • 4.01 – 5.00 (mm) : Sangkapura Gresik, Malang, Karangkates Malang, dan Sawahan Nganjuk
    • 5.01 – 6.00 (mm) : Perak I Surabaya, Perak II Surabaya dan Banyuwangi
    • 6.01 – 7.00 (mm) : Kalianget Sumenep

    6.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Lama Penyinaran Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan September 2021 umumnya pada kisaran 20 – 60%.

    • 40 – 60 %: Perak I Surabaya, Juanda Sidoarjo, Maritim Perak II Surabaya, Malang, Tretes Pasuruan, Karangkates Malang, Sawahan Nganjuk dan Banyuwangi
    • 60 – 80 %: Sangkapura Gresik dan Kalianget Sumenep

    7.


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Jumlah Evapotranspirasi Potensial (ETp) di wilayah Indonesia pada bulan September 2021 umumnya pada kisaran 76 – 125 mm.

    Analisis tiap Klasifikasi Jumlah Evapotranspirasi Potensial (mm) Bulan September 2021

    • 76 – 100 mm : Juanda Sidoarjo
    • 101 – 125 mm : Sangkapura Gresik, Klimatologi Malang, Geofisika Malang, Nganjuk, dan Banyuwangi
    • 126 – 150 mm : Perak I Surabaya, Perak II Surabaya dan Kalianget Sumenep

    8.


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Surplus dan Defisit di wilayah Indonesia pada bulan September 2021 sebagian besar mengalami Surplus.

    • Daerah dengan Tingkat Ketersediaan air tanah DEFISIT meliputi : Pacitan, Madiun, Tuban, Juanda Sidoarjo, Surabaya, Malang, Tretes Pasuruan, KaliangetSumenep dan Sawahan Nganjuk

      Pada daerah tersebut terjadi penurunan kandungan air tanah dan berkurangnya air untuk keperluan evapotranspirasi potensial (ETp) yang disebabkan Curah Hujan (CH) < evapotranspirasi potensial (ETp), sehingga terdapat perbedaan/selisih evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi Aktual (ETa).

    • Daerah dengan Tingkat Ketersediaan air tanah PENGISIAN meliputi : Sangkapura Gresik, Karangkates Malang dan Banyuwangi

      Pada daerah tersebut terjadi peningkatan kandungan air tanah sampai mencapai tingkat kapasitas lapang (KL).

    • Daerah dengan Tingkat Ketersediaan air tanah SURPLUS meliputi : Abdul Rahmasaleh Malang

      Pada daerah tersebut kandungan air tanah sudah melebihi kapasitas lapang (KL).



    9


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Tingkat Kekeringan dengan Indeks Thornthwaite and Mather di wilayah Indonesia pada bulan September 2021 : Ringan/Tidak Ada

    • RINGAN/ TIDAK ADA/NORMAL (<16.77) :

      Sebagian besar Jawa Timur.

    • SEDANG (16.77 – 33.33) :

      Sebagian kecil : Ngawi, Magetan, Kediri, Kota Kediri, Pasuruan dan Sumenep.

      Sebagian : -

      Sebagian besar : Ngawi, Madiun, Nganjuk, Jombang, Lamongan, Gresik, Sidoarjo, Bangkalan, Sampang dan Pamekasan.

      Seluruh : Kota Madiun, Kota Mojokerto, Kota Surabaya dan Kota Pasuruan

    • BERAT (>33.33) :

      Sebagian kecil : Bojonegoro, Nganjuk, Lamongan, Gresik, Sidoarjo, Bangkalan, Sampang dan Pamekasan.

      Sebagian : -

      Sebagian besar : Sumenep.


    Data Kandungan Air Tanah bulan September 2021 beberapa tempat di Jawa Timur

    • Pacitan : 231
    • Madiun : 97
    • Stamet Sangkapura Gresik : 321
    • Stamet Tuban : 133
    • Stamet Juanda Sidoarjo : 173
    • Stamet Surabaya : 175
    • Staklim Malang : 227
    • Stageof Tretes Pasuruan : 269
    • Malang/ Abdul Rachman Saleh : 283
    • Stageof Karangkates Malang : 268
    • Stamet Kalianget Sumenep : 72
    • Stageof Sawahan Nganjuk : 130
    • Stamet Banyuwangi : 207

    ISTILAH – ISTILAH

    Suhu Udara Minimum Absolut merupakan suhu minimum harian terendah yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Suhu Udara Maksimum Absolutmerupakan suhu maksimum harian tertinggi yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Kelembaban Udara Relatif Rata-Rata (Relative Humidity, RH) merupakan perbandingan antara jumlah uap air yang terkandung dalam udara pada suatu waktu tertentu dengan jumlah uap air maksimal yang dapat ditampung oleh udara tersebut pada tekanan dan temperatur yang sama.

    Kelembaban udara relatif dihitung sesuai dengan laporan FKlim dengan persamaan:

    RH rata-rata harian = ((2 X RH(07WS)) + RH(13WS) + RH(18WS)) / 4

    Evapotranspirasi Potensial (ETp) merupakan evapotranspirasi yang terjadi pada saat air cukup tersedia atau kapasitas lapang.

    Evapotranspirasi Aktual (Eta) merupakan evapotranspirasi yang terjadi pada saat air yang tersedia terbatas atau dibawah kapasitas lapang.

    Kapasitas lapang (KL) adalah keadaan tanah dalam kondisi jenuh, menunjukkan jumlah air maksimum yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi.

    Titik Layu Permanen (TLP) merupakan batas bawah ketersediaan air dalam tanah untuk tanaman, dimana akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air untuk pertumbuhannya.

    Ketersediaan Air Bagi Tanaman (ATi) adalah banyaknya air di dalam tanah yang tersedia bagi tanaman yaitu berada pada kisaran antara kapasitas lapang dan titik layu permanen (TLP).

    Tingkat ketersediaan air tanah dihitung dengan persamaan :

    ((KAT-TLP)/(KL-TLP)) x 100%

    dengan kriteria sebagai berikut :

    1. Kurang
      : jika ketersediaan air tanah < 40%
    2. Sedang
      : jika ketersediaan air tanah 40% - 60%
    3. Cukup
      : jika ketersediaan air tanah > 60%

    Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman di suatu wilayah dihitung berdasarkan neraca air lahan, yang merupakan selisih antara jumlah air yang diterima lahan dan kehilangan air dari lahan melalui proses evapotranspirasi. Asumsi dalam perhitungan neraca air adalah bahwa air yang diterima lahan hanya berasal dari curah hujan dan kedalaman tinjau tanah adalah 1 meter dengan kondisi tanah homogen.

    Surplus merupakan air berlebih dari curah hujan setelah kandungan air tanah mencapai Kapasitas Lapang (KL). Dihitung berdasarkan curah hujan dikurangi evapotranspirasi dan perubahan kandungan air tanah (CH-ETp-Dkat).

    Pengisian air tanah merupakan kondisi terjadinya peningkatan kandungan air tanah sampai mencapai tingkat Kapasitas Lapang (KL).

    Defisit merupakan kondisi terjadinya penurunan kandungan air tanah dan berkurangnya air untuk keperluan evapotranspirasi potensial (ETp) yang disebabkan CH < ETp, sehingga terdapat perbedaan/selisih evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi Aktual (ETa).

    Tingkat Kekeringan Berdasarkan Indeks Thornthwaite and Mather adalah tingkat kekeringan dari perhitungan empiris neraca air lahan dengan variabel curah hujan dan evapotranspirasi (ETp).

    Indeks kekeringan dihitung dengan nilai prosentase perbandingan antara nilai Defisit dan Evaporasi Potensial (PE) dengan persamaan :

    Ia = (D/PE)x100.

    Berdasarkan nilai indeks kekeringan dikategori sebagai berikut:

    Tingkat Kekeringan :

    1. Berat : Jika indeks kekeringan < 16.77
    2. Sedang : Jika indeks kekeringan 16.77 – 33.33
    3. Ringan : Jika indeks kekeringan > 33.

    Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Lahan Gambut di suatu wilayah dihitung berdasarkan neraca air lahan yang merupakan selisih antara jumlah air yang diterima lahan gambut dan kehilangan air dari lahan gambut melalui proses evapotranspirasi dimana evapotranspirasi * 1.1 (nilai koefisien tanaman gambut).

    Asumsi dalam perhitungan neraca air adalah bahwa air yang diterima lahan gambut hanya berasal dari curah hujan dimana curah hujan *0.164 (nilai intersepsi lahan gambut) dan kedalaman tinjau tanah adalah 1 meter atau pada kedalaman gambut dangkal.

    Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit tular vektor yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi virus Dengue (DENV). DBD termasuk salah satu penyakit berbasis lingkungan yang sering mewabah di wilayah Jawa Timur.

    Kecocokan Iklim untuk perkembangan nyamuk DBD merupakan kondisi iklim yang menggambarkan kecocokan iklim untuk perkembangan nyamuk penyebar penyakit DBD.

    Parameter iklim yang digunakan adalah Kelembaban Udara Relatif (RH) dengan batasan RH>75%.

    Angka Insiden (AI) / Incident Rate (IR) menunjukkan jumlah kasus DBD per 100.000 penduduk di suatu wilayah dengan persamaan :

    AI = (Jumlah kasus DBD/jumlah penduduk)*100.000

    Prakiraan Angka Insiden (AI) dihitung dengan menggunakan persamaan Regresi Binomial Negatif dengan persamaan sebagai berikut :

    ln (Yt) = a ln(Yt-1) + b ln(Yt-2) + c RHt-1

    dimana:

    Yt = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t

    Yt-1 = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t-1

    Yt-2 = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t-2

    RHt-1 = kelembaban udara pada bulan ke t-1

  • (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan Agustus Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur



    (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan Agustus Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan Agustus Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur

    Hasil analisis Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman di wilayah Jawa Timur pada bulan Agustus 2021 pada umumnya di Sebagian Besar wilayah Jawa Timur KURANG.



    TINGKAT Ketersediaan Air Bagi Tanaman : CUKUP

    Sebagian kecil :Ngawi, Magetan, Ponorogo, Kediri, Tulungagung, Nganjuk, Madiun, Jombang, Mojokerto, Pasuruan, Lumajang, Malang, Situbondo, dan Jember

    Sebagian :Probolinggo.

    Sebagian besar :Bondowoso dan Banyuwangi

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman CUKUP tersebut menjadikan tanah dalam kondisi basah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman berada di atas 60%.


    TINGKAT Ketersediaan Air Bagi Tanaman : SEDANG

    Kota Jember

    Sebagian Kecil :Ngawi, Magetan, Pacitan, Ponorogo, Madiun, Nganjuk, Kediri, Tulungagung, Malang, Mojokerto, Kota Probolinggo, Lumajang, Bondowoso, Situbondo, dan Banyuwangi.

    Sebagian :Pasuruan dan Jember

    Sebagian Besar :Kota Batu.

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman SEDANG tersebut telah terjadi pengurangan air tanah, akan tetapi tingkat ketersediaan air tanah dibawah 60%.


    TINGKAT Ketersediaan Air Bagi Tanaman : KURANG

    Sebagian Besar :Jawa Timur

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman KURANG tersebut dimana curah hujan yang terjadi lebih kecil dari evapotranspirasinya sehingga tingkat ketersediaan air tanahnya berada dibawah 40%.


    (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman (ATi) Bulan Agustus Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur merupakan evaluasi kejadian yang telah terjadi selama bulan Agustus 2021, yang digunakan sebagai masukan dalam pembuatan prediksi tingkat ketersediaan air bagi tanaman bulan berikutnya.

    Berdasarkan analisis tingkat ketersediaan air bagi tanaman (ATi) diperoleh pula analisis surplus dan defisit neraca air lahan serta tingkat kekeringan berdasarkan indeks Thornthwaite and Mather bulan Agustus 2021.


    1.


    Hasil monitoring Suhu Udara Maksimum Absolut di wilayah Indonesia pada bulan Agustus 2021 umumnya pada kisaran 33.1 – 35.0°C.

    Untuk lokasi pengamatan dengan suhu udara maksimum absolut tertinggi adalah Perak I (Jawa Timur) sebesar 36.4°C.

    Suhu Udara Maksimum Absolutmerupakan suhu maksimum harian tertinggi yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Monitoring tiap Klasifikasi Suhu Udara Maksimum Absolut Bulan Agustus 2021 (0 C)

    • <27.0 (0 C): -
    • 27.1 – 29.0 (0 C): Tretes Pasuruan
    • 29.1 – 31.0 (0 C): -
    • 31.1 – 33.0 (0 C): Sawahan Nganjuk, Banyuwangi, Sangkapura Gresik dan Malang/ Klimatologi
    • 33.1 – 35.0 (0 C): Malang, Kalianget Sumenep, Juanda Sidoarjo, Karangkates Malang dan Madiun
    • >35.0 (0 C): Stasiun Meteorologi Maritim Perak I Surabaya dan Perak II Surabaya

    2.


    Hasil monitoring Suhu Udara Minimum Absolut di wilayah Indonesia pada bulan Agustus 2021 umumnya pada kisaran 21.1 – 23.0°C.

    Lokasi pengamatan dengan suhu udara minimum absolut tertinggi adalah Sangkapura Gresik (Jawa Timur) sebesar 24.1 °C.

    Suhu Udara Minimum Absolut merupakan suhu minimum harian terendah yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Monitoring tiap Klasifikasi Suhu Udara Minimum Absolut Bulan Agustus 2021 (0 C)

    • <17.1(0 C): Tretes Pasuruan, Malang/ Abdulrachman Saleh dan Malang/ Klimatologi
    • 17.1 - 19.0 (0 C): Sawahan Nganjuk
    • 19.1 – 21.0 (0 C): Karangkates Malang, Banyuwangi dan Perak I
    • 21.1 – 23.0 (0 C): Madiun, Juanda Sidoarjo dan Perak II Surabaya
    • 23.1 – 25.0 (0 C): Kalianget dan Sangkapura
    • >25.0 (0 C): -

    3.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Kelembaban Udara Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan Agustus 2021 umumnya pada kisaran 80 – 90%.

    • <70 : Perak I Surabaya
    • 70 – 75 %: Juanda Sidoarjo, Perak II Surabaya, Tuban, Sawahan Nganjuk, dan Kalianget Sumenep
    • 75 – 80 %: Sangkapura Gresik dan Malang
    • 80 – 85 %: Tretes Pasuruan, Karangkates Malang dan Banyuwangi
    • 85 – 90 %: -
    • >90 %: -

    4.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Jumlah Penguapan di wilayah Indonesia pada bulan Agustus 2021 umumnya pada kisaran 101 – 175 mm.

    • 101 - 125 (mm) : Karangkates Malang.
    • 126 – 150 (mm) : Sawahan Ngajuk dan Malang
    • 151 – 175 (mm) : Sangkapura Gresik, Perak I Surabaya, Juanda Sidoarjo, Maritim Perak II Surabaya dan Banyuwangi
    • >175 (mm) : Kalianget Sumenep

    5.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Penguapan Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan Agustus 2021 umumnya pada kisaran 3.01 – 6.00 mm.

    • 3.01 – 4.00 (mm) : Karangkates Malang
    • 4.01 – 5.00 (mm) : Sangkapura Gresik, Malang, Sawahan Nganjuk dan Banyuwangi
    • 5.01 – 6.00 (mm) : Perak I Surabaya, Juanda Sidoarjo, dan Maritim Perak II Surabaya

    6.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Lama Penyinaran Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan Agustus 2021 umumnya pada kisaran 40 – 60%.

    • 40 – 60 %: Tretes Pasuruan dan Karangkates Malang
    • 60 – 80 %: Sangkapura Gresik, Perak I Surabaya, Juanda Sidoarjo, Perak II Surabaya, Malang, Banyuwangi, Kalianget Sumenep dan Sawahan Nganjuk.

    7.


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Jumlah Evapotranspirasi Potensial (ETp) di wilayah Indonesia pada bulan Agustus 2021 umumnya pada kisaran 76 – 125 mm.

    Analisis tiap Klasifikasi Jumlah Evapotranspirasi Potensial (mm) Bulan Agustus 2021

    • 76 – 100 mm : Malang
    • 101 – 125 mm : Sangkapura Gresik, Malang, Nganjuk, dan Banyuwangi
    • 126 – 150 mm : Maritim Tanjung Perak I Surabaya, Juanda Sidoarjo dan Maritim Tanjung Perak II Surabaya.

    8.


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Surplus dan Defisit di wilayah Indonesia pada bulan Agustus 2021 sebagian besar mengalami Surplus.

    • Daerah dengan Tingkat Ketersediaan air tanah DEFISIT meliputi : Pacitan, Madiun, Sangkapura Gresik, Tuban, Surabaya, Juanda Sidoarjo, Malang, Abdul Rahmansaleh Malang, Karangkates Malang, Kalianget Sumenep, Sawahan Nganjuk dan Banyuwangi.

      Pada daerah tersebut terjadi penurunan kandungan air tanah dan berkurangnya air untuk keperluan evapotranspirasi potensial (ETp) yang disebabkan Curah Hujan (CH) < evapotranspirasi potensial (ETp), sehingga terdapat perbedaan/selisih evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi Aktual (ETa).

    • Daerah dengan Tingkat Ketersediaan air tanah PENGISIAN meliputi : -

      Pada daerah tersebut terjadi peningkatan kandungan air tanah sampai mencapai tingkat kapasitas lapang (KL).

    • Daerah dengan Tingkat Ketersediaan air tanah SURPLUS meliputi : -

      Pada daerah tersebut kandungan air tanah sudah melebihi kapasitas lapang (KL).



    9


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Tingkat Kekeringan dengan Indeks Thornthwaite and Mather di wilayah Indonesia pada bulan Agustus 2021 : Ringan/Tidak Ada

    • RINGAN/ TIDAK ADA/NORMAL (<16.77) :

      Sebagian besar Jawa Timur.

    • SEDANG (16.77 – 33.33) :

      Sebagian kecil : Tuban, Bojonegoro, Ponorogo, Sidoarjo, Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Jember, Situbondo dan Gresik.

      Seluruh : -

      Sebagian : Ngawi dan Mojokerto.

      Sebagian besar : Madiun, Nganjuk, Trenggalek, Tulung Agung, Kediri, Jombang, Blitar dan Malang.

    • BERAT (>33.33) :

      Sebagian kecil : Magetan, Madiun, Nganjuk, Jombang, Sidoarjo dan Blitar.

      Sebagian : Mojokerto.

      Sebagian besar : Tuban, Bojonegoro, Sumenep, Seluruh Lamongan, Kota Surabaya, Gresik, Bangkalan, Sampang dan Pamekasan.


    Data Kandungan Air Tanah bulan Agustus 2021 beberapa tempat di Jawa Timur

    • Pacitan : 237
    • Madiun : 124
    • Stamet Sangkapura Gresik : 219
    • Stamet Tuban : 160
    • Stamet Juanda Sidoarjo : 191
    • Stamet Surabaya : 192
    • Staklim Malang : 241
    • Stageof Tretes Pasuruan : 300
    • Malang/ Abdul Rachman Saleh : 261
    • Stageof Karangkates Malang : 247
    • Stamet Kalianget Sumenep : 104
    • Stageof Sawahan Nganjuk : 165
    • Stamet Banyuwangi : 175

    ISTILAH – ISTILAH

    Suhu Udara Minimum Absolut merupakan suhu minimum harian terendah yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Suhu Udara Maksimum Absolutmerupakan suhu maksimum harian tertinggi yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Kelembaban Udara Relatif Rata-Rata (Relative Humidity, RH) merupakan perbandingan antara jumlah uap air yang terkandung dalam udara pada suatu waktu tertentu dengan jumlah uap air maksimal yang dapat ditampung oleh udara tersebut pada tekanan dan temperatur yang sama.

    Kelembaban udara relatif dihitung sesuai dengan laporan FKlim dengan persamaan:

    RH rata-rata harian = ((2 X RH(07WS)) + RH(13WS) + RH(18WS)) / 4

    Evapotranspirasi Potensial (ETp) merupakan evapotranspirasi yang terjadi pada saat air cukup tersedia atau kapasitas lapang.

    Evapotranspirasi Aktual (Eta) merupakan evapotranspirasi yang terjadi pada saat air yang tersedia terbatas atau dibawah kapasitas lapang.

    Kapasitas lapang (KL) adalah keadaan tanah dalam kondisi jenuh, menunjukkan jumlah air maksimum yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi.

    Titik Layu Permanen (TLP) merupakan batas bawah ketersediaan air dalam tanah untuk tanaman, dimana akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air untuk pertumbuhannya.

    Ketersediaan Air Bagi Tanaman (ATi) adalah banyaknya air di dalam tanah yang tersedia bagi tanaman yaitu berada pada kisaran antara kapasitas lapang dan titik layu permanen (TLP).

    Tingkat ketersediaan air tanah dihitung dengan persamaan :

    ((KAT-TLP)/(KL-TLP)) x 100%

    dengan kriteria sebagai berikut :

    1. Kurang
      : jika ketersediaan air tanah < 40%
    2. Sedang
      : jika ketersediaan air tanah 40% - 60%
    3. Cukup
      : jika ketersediaan air tanah > 60%

    Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman di suatu wilayah dihitung berdasarkan neraca air lahan, yang merupakan selisih antara jumlah air yang diterima lahan dan kehilangan air dari lahan melalui proses evapotranspirasi. Asumsi dalam perhitungan neraca air adalah bahwa air yang diterima lahan hanya berasal dari curah hujan dan kedalaman tinjau tanah adalah 1 meter dengan kondisi tanah homogen.

    Surplus merupakan air berlebih dari curah hujan setelah kandungan air tanah mencapai Kapasitas Lapang (KL). Dihitung berdasarkan curah hujan dikurangi evapotranspirasi dan perubahan kandungan air tanah (CH-ETp-Dkat).

    Pengisian air tanah merupakan kondisi terjadinya peningkatan kandungan air tanah sampai mencapai tingkat Kapasitas Lapang (KL).

    Defisit merupakan kondisi terjadinya penurunan kandungan air tanah dan berkurangnya air untuk keperluan evapotranspirasi potensial (ETp) yang disebabkan CH < ETp, sehingga terdapat perbedaan/selisih evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi Aktual (ETa).

    Tingkat Kekeringan Berdasarkan Indeks Thornthwaite and Mather adalah tingkat kekeringan dari perhitungan empiris neraca air lahan dengan variabel curah hujan dan evapotranspirasi (ETp).

    Indeks kekeringan dihitung dengan nilai prosentase perbandingan antara nilai Defisit dan Evaporasi Potensial (PE) dengan persamaan :

    Ia = (D/PE)x100.

    Berdasarkan nilai indeks kekeringan dikategori sebagai berikut:

    Tingkat Kekeringan :

    1. Berat : Jika indeks kekeringan < 16.77
    2. Sedang : Jika indeks kekeringan 16.77 – 33.33
    3. Ringan : Jika indeks kekeringan > 33.

    Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Lahan Gambut di suatu wilayah dihitung berdasarkan neraca air lahan yang merupakan selisih antara jumlah air yang diterima lahan gambut dan kehilangan air dari lahan gambut melalui proses evapotranspirasi dimana evapotranspirasi * 1.1 (nilai koefisien tanaman gambut).

    Asumsi dalam perhitungan neraca air adalah bahwa air yang diterima lahan gambut hanya berasal dari curah hujan dimana curah hujan *0.164 (nilai intersepsi lahan gambut) dan kedalaman tinjau tanah adalah 1 meter atau pada kedalaman gambut dangkal.

    Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit tular vektor yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi virus Dengue (DENV). DBD termasuk salah satu penyakit berbasis lingkungan yang sering mewabah di wilayah Jawa Timur.

    Kecocokan Iklim untuk perkembangan nyamuk DBD merupakan kondisi iklim yang menggambarkan kecocokan iklim untuk perkembangan nyamuk penyebar penyakit DBD.

    Parameter iklim yang digunakan adalah Kelembaban Udara Relatif (RH) dengan batasan RH>75%.

    Angka Insiden (AI) / Incident Rate (IR) menunjukkan jumlah kasus DBD per 100.000 penduduk di suatu wilayah dengan persamaan :

    AI = (Jumlah kasus DBD/jumlah penduduk)*100.000

    Prakiraan Angka Insiden (AI) dihitung dengan menggunakan persamaan Regresi Binomial Negatif dengan persamaan sebagai berikut :

    ln (Yt) = a ln(Yt-1) + b ln(Yt-2) + c RHt-1

    dimana:

    Yt = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t

    Yt-1 = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t-1

    Yt-2 = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t-2

    RHt-1 = kelembaban udara pada bulan ke t-1

  • (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan Juli Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur



    (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan Juli Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan Juli Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur

    Hasil analisis Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman di wilayah Jawa Timur pada bulan Juli 2021 pada umumnya di Sebagian Besar wilayah Jawa Timur SEDANG.



    TINGKAT Ketersediaan Air Bagi Tanaman : CUKUP

    Sebagian kecil :Ngawi, Magetan, Ponorogo, Kediri, Tulungagung, Trenggalek, Nganjuk, Madiun, Jombang, dan Lumajang.

    Sebagian :Malang, Mojokerto, Probolinggo.

    Sebagian besar :Pacitan, Kota Batu, Pasuruan, Situbondo, Bondowoso, Jember, Banyuwangi.

    Seluruh :Kota Malang, Kota Jember.

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman CUKUP tersebut menjadikan tanah dalam kondisi basah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman berada di atas 60%.


    TINGKAT Ketersediaan Air Bagi Tanaman : SEDANG

    Sebagian Besar :Jawa Timur

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman SEDANG tersebut telah terjadi pengurangan air tanah, akan tetapi tingkat ketersediaan air tanah dibawah 60%.


    TINGKAT Ketersediaan Air Bagi Tanaman : KURANG

    Sebagian Kecil :Kediri, Tulungagung, Blitar, Malang, Mojokerto, Probolinggo, Lumajang, Jember, Situbondo, dan Banyuwangi.

    Sebagian :Magetan, dan Kota Kediri.

    Sebagian Besar :Ngawi, Madiun, Nganjuk, Jombang, dan Sidoarjo.

    Seluruh :Kota Madiun, Tuban, Bojonegoro, Lamongan, gresik, Kota Surabaya, Kota Mojokerto, Kota Probolinggo, Bangkalan, Pamekasan, Sampang, dan Sumenep.

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman KURANG tersebut dimana curah hujan yang terjadi lebih kecil dari evapotranspirasinya sehingga tingkat ketersediaan air tanahnya berada dibawah 40%.


    (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman (ATi) Bulan Juli Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur merupakan evaluasi kejadian yang telah terjadi selama bulan Juli 2021, yang digunakan sebagai masukan dalam pembuatan prediksi tingkat ketersediaan air bagi tanaman bulan berikutnya.

    Berdasarkan analisis tingkat ketersediaan air bagi tanaman (ATi) diperoleh pula analisis surplus dan defisit neraca air lahan serta tingkat kekeringan berdasarkan indeks Thornthwaite and Mather bulan Juli 2021.


    1.


    Hasil monitoring Suhu Udara Maksimum Absolut di wilayah Indonesia pada bulan Juli 2021 umumnya pada kisaran 33.1 – 35.0°C.

    Suhu Udara Maksimum Absolutmerupakan suhu maksimum harian tertinggi yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Monitoring tiap Klasifikasi Suhu Udara Maksimum Absolut Bulan Juli 2021 (0 C)

    • 29.1 – 31.0 (0 C): Tretes Pasuruan, Abdulrachman Saleh Malang, dan Stasiun Klimatologi Malang
    • 31.1 – 33.0 (0 C): Banyuwangi, Sawahan Nganjuk, dan Kalianget
    • 33.1 – 35.0 (0 C): Juanda Sidoarjo, Madiun, Sangkapura Gresik, Karangkates Malang
    • >35.0 (0 C): Stasiun Meteorologi Maritim Perak I Surabaya dan Perak II Surabaya

    2.


    Hasil monitoring Suhu Udara Minimum Absolut di wilayah Indonesia pada bulan Juli 2021 umumnya pada kisaran 21.1 – 23.0°C.

    Suhu Udara Minimum Absolut merupakan suhu minimum harian terendah yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Monitoring tiap Klasifikasi Suhu Udara Minimum Absolut Bulan Juli 2021 (0 C)

    • <17.1(0 C): Stasiun Klimatologi Malang, Abdulrachman Saleh Malang, Tretes Pasuruan dan Karangkates Malang
    • 17.1 - 19.0 (0 C): Sawahan Nganjuk, Madiun dan Juanda Sidoarjo
    • 19.1 – 21.0 (0 C): Perak I Surabaya dan Banyuwangi
    • 21.1 – 23.0 (0 C): Kalianget Sumenep dan Perak II Surabaya

    3.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Kelembaban Udara Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan Juli 2021 umumnya pada kisaran 80 – 85%.

    • 70 – 75 %: Perak I Surabaya, Perak II Surabaya, Tuban, Malang, Sawahan Nganjuk, dan Kalianget Sumenep
    • 75 – 80 %: Sangkapura Gresik, Juanda Sidoarjo, Karangkates Malang dan Banyuwangi
    • 80 – 85 %: Tretes Pasuruan

    4.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Jumlah Penguapan di wilayah Indonesia pada bulan Juli 2021 umumnya pada kisaran 101 – 150 mm.

    • 101 - 125 (mm) : Karangkates Malang dan Sangkapura Gresik
    • 126 – 150 (mm) : Sawahan Ngajuk, Malang, Juanda Sidoarjo, Perak I Surabaya, Maritim Perak II Surabaya dan Banyuwangi
    • 151 – 175 (mm) : Kalianget

    5.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Penguapan Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan Juli 2021 umumnya pada kisaran 3.01 – 5.00 mm.

    • 3.01 – 4.00 (mm) : Karangkates Malang dan Sangkapura Gresik
    • 4.01 – 5.00 (mm) : Malang, Juanda Sidoarjo, Maritim Perak II Surabaya dan Banyuwangi
    • 5.01 – 6.00 (mm) : Kalianget Sumenep

    6.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Lama Penyinaran Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan Juli 2021 umumnya pada kisaran 40 – 60%.

    • 40 – 60 %: Sangkapura Gresik, Tretes Pasuruan, Karangkates Malang
    • 60 – 80 %: Perak I Surabaya, Juanda Sidoarjo, Perak II Surabaya, Malang, Banyuwangi, Kalianget Sumenep dan Sawahan Nganjuk.

    7.


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Jumlah Evapotranspirasi Potensial (ETp) di wilayah Indonesia pada bulan Juli 2021 umumnya pada kisaran 51 – 125 mm.

    Analisis tiap Klasifikasi Jumlah Evapotranspirasi Potensial (mm) Bulan Juli 2021

    • 76 – 100 mm : Sangkapura Gresik dan Malang
    • 101 – 125 mm : Maritim Tanjung Perak I dan II Surabaya, Juanda Sidoarjo, Malang, Nganjuk, dan Banyuwangi
    • 126 – 150 mm : Kalianget Sumenep

    8.


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Surplus dan Defisit di wilayah Indonesia pada bulan Juli 2021 sebagian besar mengalami Surplus.

    • Daerah dengan Tingkat Ketersediaan air tanah DEFISIT meliputi : Pacitan, Madiun, Sangkapura Gresik, Tuban, Juanda, Surabaya, Malang, Abdul Rahmansaleh Malang, Karangkates Malang, Sawahan Ngajuk dan Banyuwangi

      Pada daerah tersebut terjadi penurunan kandungan air tanah dan berkurangnya air untuk keperluan evapotranspirasi potensial (ETp) yang disebabkan Curah Hujan (CH) < evapotranspirasi potensial (ETp), sehingga terdapat perbedaan/selisih evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi Aktual (ETa).

    • Daerah dengan Tingkat Ketersediaan air tanah PENGISIAN meliputi : -

      Pada daerah tersebut terjadi peningkatan kandungan air tanah sampai mencapai tingkat kapasitas lapang (KL).

    • Daerah dengan Tingkat Ketersediaan air tanah SURPLUS meliputi : Tretes Pasuruan

      Pada daerah tersebut kandungan air tanah sudah melebihi kapasitas lapang (KL).



    9


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Tingkat Kekeringan dengan Indeks Thornthwaite and Mather di wilayah Indonesia pada bulan Juli 2021 : Ringan/Tidak Ada

    • RINGAN/ TIDAK ADA/NORMAL (<16.77) :

      Sebagian besar Jawa Timur

    • SEDANG (16.77 – 33.33) :

      Sebagian kecil Magetan, Lamongan, Mojokerto, Blitar, Malang, Kediri, Kota Kediri, Probolinggo, Bangkalan, Sampang

      Seluruh Kota Madiun dan Kota Surabaya

      Sebagian Gresik

      Sebagian besar Ngawi, Madiun, Bojonegoro, Tuban, Nganjuk, Jombang, Sidoarjo, Pamekasan dan Sumenep

    • BERAT (>33.33) :

      Sebagian kecil Tuban, Bojonegoro, Pamekasan, Sumenep

      Sebagian besar Lamongan, Bangkalan, Sampang dan Sebagian Gresik.


    Data Kandungan Air Tanah bulan Juli 2021 beberapa tempat di Jawa Timur

    • Pacitan : 315
    • Madiun : 328
    • Stamet Sangkapura Gresik : 350
    • Stamet Tuban : 300
    • Stamet Juanda Sidoarjo : 300
    • Stamet Surabaya : 300
    • Staklim Malang : 300
    • Stageof Tretes Pasuruan : 300
    • Malang/ Abdul Rachman Saleh : 300
    • Stageof Karangkates Malang : 271
    • Stamet Kalianget Sumenep : 243
    • Stageof Sawahan Nganjuk : 300
    • Stamet Banyuwangi : 243

    ISTILAH – ISTILAH

    Suhu Udara Minimum Absolut merupakan suhu minimum harian terendah yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Suhu Udara Maksimum Absolutmerupakan suhu maksimum harian tertinggi yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Kelembaban Udara Relatif Rata-Rata (Relative Humidity, RH) merupakan perbandingan antara jumlah uap air yang terkandung dalam udara pada suatu waktu tertentu dengan jumlah uap air maksimal yang dapat ditampung oleh udara tersebut pada tekanan dan temperatur yang sama.

    Kelembaban udara relatif dihitung sesuai dengan laporan FKlim dengan persamaan:

    RH rata-rata harian = ((2 X RH(07WS)) + RH(13WS) + RH(18WS)) / 4

    Evapotranspirasi Potensial (ETp) merupakan evapotranspirasi yang terjadi pada saat air cukup tersedia atau kapasitas lapang.

    Evapotranspirasi Aktual (Eta) merupakan evapotranspirasi yang terjadi pada saat air yang tersedia terbatas atau dibawah kapasitas lapang.

    Kapasitas lapang (KL) adalah keadaan tanah dalam kondisi jenuh, menunjukkan jumlah air maksimum yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi.

    Titik Layu Permanen (TLP) merupakan batas bawah ketersediaan air dalam tanah untuk tanaman, dimana akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air untuk pertumbuhannya.

    Ketersediaan Air Bagi Tanaman (ATi) adalah banyaknya air di dalam tanah yang tersedia bagi tanaman yaitu berada pada kisaran antara kapasitas lapang dan titik layu permanen (TLP).

    Tingkat ketersediaan air tanah dihitung dengan persamaan :

    ((KAT-TLP)/(KL-TLP)) x 100%

    dengan kriteria sebagai berikut :

    1. Kurang
      : jika ketersediaan air tanah < 40%
    2. Sedang
      : jika ketersediaan air tanah 40% - 60%
    3. Cukup
      : jika ketersediaan air tanah > 60%

    Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman di suatu wilayah dihitung berdasarkan neraca air lahan, yang merupakan selisih antara jumlah air yang diterima lahan dan kehilangan air dari lahan melalui proses evapotranspirasi. Asumsi dalam perhitungan neraca air adalah bahwa air yang diterima lahan hanya berasal dari curah hujan dan kedalaman tinjau tanah adalah 1 meter dengan kondisi tanah homogen.

    Surplus merupakan air berlebih dari curah hujan setelah kandungan air tanah mencapai Kapasitas Lapang (KL). Dihitung berdasarkan curah hujan dikurangi evapotranspirasi dan perubahan kandungan air tanah (CH-ETp-Dkat).

    Pengisian air tanah merupakan kondisi terjadinya peningkatan kandungan air tanah sampai mencapai tingkat Kapasitas Lapang (KL).

    Defisit merupakan kondisi terjadinya penurunan kandungan air tanah dan berkurangnya air untuk keperluan evapotranspirasi potensial (ETp) yang disebabkan CH < ETp, sehingga terdapat perbedaan/selisih evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi Aktual (ETa).

    Tingkat Kekeringan Berdasarkan Indeks Thornthwaite and Mather adalah tingkat kekeringan dari perhitungan empiris neraca air lahan dengan variabel curah hujan dan evapotranspirasi (ETp).

    Indeks kekeringan dihitung dengan nilai prosentase perbandingan antara nilai Defisit dan Evaporasi Potensial (PE) dengan persamaan :

    Ia = (D/PE)x100.

    Berdasarkan nilai indeks kekeringan dikategori sebagai berikut:

    Tingkat Kekeringan :

    1. Berat : Jika indeks kekeringan < 16.77
    2. Sedang : Jika indeks kekeringan 16.77 – 33.33
    3. Ringan : Jika indeks kekeringan > 33.

    Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Lahan Gambut di suatu wilayah dihitung berdasarkan neraca air lahan yang merupakan selisih antara jumlah air yang diterima lahan gambut dan kehilangan air dari lahan gambut melalui proses evapotranspirasi dimana evapotranspirasi * 1.1 (nilai koefisien tanaman gambut).

    Asumsi dalam perhitungan neraca air adalah bahwa air yang diterima lahan gambut hanya berasal dari curah hujan dimana curah hujan *0.164 (nilai intersepsi lahan gambut) dan kedalaman tinjau tanah adalah 1 meter atau pada kedalaman gambut dangkal.

    Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit tular vektor yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi virus Dengue (DENV). DBD termasuk salah satu penyakit berbasis lingkungan yang sering mewabah di wilayah Jawa Timur.

    Kecocokan Iklim untuk perkembangan nyamuk DBD merupakan kondisi iklim yang menggambarkan kecocokan iklim untuk perkembangan nyamuk penyebar penyakit DBD.

    Parameter iklim yang digunakan adalah Kelembaban Udara Relatif (RH) dengan batasan RH>75%.

    Angka Insiden (AI) / Incident Rate (IR) menunjukkan jumlah kasus DBD per 100.000 penduduk di suatu wilayah dengan persamaan :

    AI = (Jumlah kasus DBD/jumlah penduduk)*100.000

    Prakiraan Angka Insiden (AI) dihitung dengan menggunakan persamaan Regresi Binomial Negatif dengan persamaan sebagai berikut :

    ln (Yt) = a ln(Yt-1) + b ln(Yt-2) + c RHt-1

    dimana:

    Yt = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t

    Yt-1 = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t-1

    Yt-2 = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t-2

    RHt-1 = kelembaban udara pada bulan ke t-1

  • (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan Juni Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur



    (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan Juni Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan Juni Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur

    Hasil analisis Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman di wilayah Jawa Timur pada bulan Juni 2021 pada umumnya di Sebagian Besar wilayah Jawa Timur CUKUP.



    TINGKAT Ketersediaan Air Bagi Tanaman : CUKUP

    Sebagian Besar :Jawa Timur

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman CUKUP tersebut menjadikan tanah dalam kondisi basah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman berada di atas 60%.


    TINGKAT Ketersediaan Air Bagi Tanaman : SEDANG

    Sebagian Kecil :Lamongan, Gresik, Sidoarjo, Kota Probolinggo, Probolinggo, Lumajang, Bangkalan, Sampang, Jember, Situbondo, dan Banyuwangi

    Sebagian :Pamekasan

    Sebagian Besar :Tuban, Bojonegoro dan Sumenep

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman SEDANG tersebut telah terjadi pengurangan air tanah, akan tetapi tingkat ketersediaan air tanah dibawah 60%.


    TINGKAT Ketersediaan Air Bagi Tanaman : KURANG

    Sebagian Kecil :Tuban, Bojonegoro, Sumenep, dan Banyuwangi

    Sebagian :Pamekasan

    Sebagian Besar :Lamongan, Gresik, Bangkalan dan Sampang

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman KURANG tersebut dimana curah hujan yang terjadi lebih kecil dari evapotranspirasinya sehingga tingkat ketersediaan air tanahnya berada dibawah 40%.


    (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman (ATi) Bulan Juni Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur merupakan evaluasi kejadian yang telah terjadi selama bulan Juni 2021, yang digunakan sebagai masukan dalam pembuatan prediksi tingkat ketersediaan air bagi tanaman bulan berikutnya.

    Berdasarkan analisis tingkat ketersediaan air bagi tanaman (ATi) diperoleh pula analisis surplus dan defisit neraca air lahan serta tingkat kekeringan berdasarkan indeks Thornthwaite and Mather bulan Juni 2021.


    1.


    Hasil monitoring Suhu Udara Maksimum Absolut di wilayah Indonesia pada bulan Juni 2021 umumnya pada kisaran 31.1 – 35.0°C.

    Monitoring tiap Klasifikasi Suhu Udara Maksimum Absolut Bulan Juni 2021 (0 C)

    Suhu Udara Maksimum Absolutmerupakan suhu maksimum harian tertinggi yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    • 27.1 – 29.0 (0 C): Tretes Pasuruan
    • 29.1 – 31.0 (0 C): Sawahan Nganjuk dan Malang
    • 31.1 – 33.0 (0 C): Pacitan, Banyuwangi, Sangkapura Gresik dan Kalianget Sumenep
    • 33.1 – 35.0 (0 C): Juanda Sidoarjo dan Madiun
    • >35.0 (0 C): Karangkates Malang, Perak II Surabaya dan Perak I Surabaya

    2.


    Hasil monitoring Suhu Udara Minimum Absolut di wilayah Indonesia pada bulan Juni 2021 umumnya pada kisaran 21.1 – 23.0°C.

    Monitoring tiap Klasifikasi Suhu Udara Minimum Absolut Bulan Juni 2021 (0 C)

    Suhu Udara Minimum Absolut merupakan suhu minimum harian terendah yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    • <17.1(0 C): Malang
    • 17.1 - 19.0 (0 C): Malang/Abdulrachman Saleh dan Karangkates Malang
    • 19.1 – 21.0 (0 C): Sawahan Nganjuk
    • 21.1 – 23.0 (0 C): Banyuwangi, Pacitan dan Madiun
    • 23.1 – 25.0 (0 C): Sangkapura Gresik, Juanda Sidoarjo, Perak I Surabaya, Perak II Surabaya dan Kalianget Sumenep

    3.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Kelembaban Udara Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan Juni 2021 umumnya pada kisaran 80 – 90%.

    • 75 – 80 %: Perak I Surabaya, Tuban dan Malang
    • 80 – 85 %: Sangkapura Gresik, Juanda Sidoarjo, Perak II Surabaya, Karangkates Malang, Kalianget Sumenep, Sawahan Nganjuk dan Banyuwangi

    4.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Jumlah Penguapan di wilayah Indonesia pada bulan Juni 2021 umumnya pada kisaran 101 – 150 mm.

    • 76 - 100 (mm) : Karangkates Malang, Sawahan Nganjuk dan Sangkapura Gresik
    • 101 - 125 (mm) : Juanda Sidoarjo, Perak I dan Perak II Surabaya
    • 126 – 150 (mm) : Malang, Banyuwangi, dan Kalianget Sumenep

    5.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Penguapan Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan Juni 2021 umumnya pada kisaran 3.01 – 5.00 mm.

    • 3.01 – 4.00 (mm) : Karangkates Malang, Sawahan Nganjuk, Sangkapura Gresik, Juanda Sidoarjo, Perak I Surabaya dan Perak II Surabaya
    • 4.01 – 5.00 (mm) : Malang, Banyuwangi dan Kalianget Sumenep

    6.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Lama Penyinaran Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan Juni 2021 umumnya pada kisaran 40 – 60%.

    • 20 – 40 %: Tretes Pasuruan
    • 40 – 60 %: Karangkates Malang, Malang, Sawahan Nganjuk, Perak II Surabaya, Perak I Surabaya,dan Juanda Sidoarjo
    • 60 – 80 %: Kalianget Sumenep, Banyuwangi,dan Sangkapura Gresik

    7.


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Jumlah Evapotranspirasi Potensial (ETp) di wilayah Indonesia pada bulan Juni 2021 umumnya pada kisaran 76 – 125 mm.

    Analisis tiap Klasifikasi Jumlah Evapotranspirasi Potensial (mm) Bulan Juni 2021

    • 76 – 100 mm : Sangkapura Gresik, Tanjung Perak I dan II Surabaya, Juanda Sidoarjo, Malang, dan Nganjuk
    • 101 – 125 mm : Malang, Kalianget Sumenep, dan Banyuwangi

    8.


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Surplus dan Defisit di wilayah Indonesia pada bulan Juni 2021 sebagian besar mengalami Surplus.

    • Daerah dengan Tingkat Ketersediaan air tanah DEFISIT meliputi : Madiun, Tuban, dan Kalianget Sumenep

      Pada daerah tersebut terjadi penurunan kandungan air tanah dan berkurangnya air untuk keperluan evapotranspirasi potensial (ETp) yang disebabkan Curah Hujan (CH) < evapotranspirasi potensial (ETp), sehingga terdapat perbedaan/selisih evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi Aktual (ETa).

    • Daerah dengan Tingkat Ketersediaan air tanah PENGISIAN meliputi : Banyuwangi

      Pada daerah tersebut terjadi peningkatan kandungan air tanah sampai mencapai tingkat kapasitas lapang (KL).

    • Daerah dengan Tingkat Ketersediaan air tanah SURPLUS meliputi : Pacitan, Sangkapura Gresik, Juanda Sidoarjo, Surabaya, Malang, Tretes Pasuruan, Abdul Rahmansaleh Malang, Karangkates Malang, dan Sawahan Nganjuk

      Pada daerah tersebut kandungan air tanah sudah melebihi kapasitas lapang (KL).



    9


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Tingkat Kekeringan dengan Indeks Thornthwaite and Mather di wilayah Indonesia pada bulan Juni 2021 : Ringan/Tidak Ada

    • RINGAN/ TIDAK ADA/NORMAL (<16.77) : Sebagian besar Jawa Timur
    • SEDANG (16.77 – 33.33) : Sebagian kecil Lamongan dan Gresik
    • BERAT (>33.33) : -

    Data Kandungan Air Tanah bulan Juni 2021 beberapa tempat di Jawa Timur

    • Pacitan : 315
    • Madiun : 328
    • Stamet Sangkapura Gresik : 350
    • Stamet Tuban : 300
    • Stamet Juanda Sidoarjo : 300
    • Stamet Surabaya : 300
    • Staklim Malang : 300
    • Stageof Tretes Pasuruan : 300
    • Malang/ Abdul Rachman Saleh : 300
    • Stageof Karangkates Malang : 271
    • Stamet Kalianget Sumenep : 243
    • Stageof Sawahan Nganjuk : 300
    • Stamet Banyuwangi : 243

    ISTILAH – ISTILAH

    Suhu Udara Minimum Absolut merupakan suhu minimum harian terendah yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Suhu Udara Maksimum Absolutmerupakan suhu maksimum harian tertinggi yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Kelembaban Udara Relatif Rata-Rata (Relative Humidity, RH) merupakan perbandingan antara jumlah uap air yang terkandung dalam udara pada suatu waktu tertentu dengan jumlah uap air maksimal yang dapat ditampung oleh udara tersebut pada tekanan dan temperatur yang sama.

    Kelembaban udara relatif dihitung sesuai dengan laporan FKlim dengan persamaan:

    RH rata-rata harian = ((2 X RH(07WS)) + RH(13WS) + RH(18WS)) / 4

    Evapotranspirasi Potensial (ETp) merupakan evapotranspirasi yang terjadi pada saat air cukup tersedia atau kapasitas lapang.

    Evapotranspirasi Aktual (Eta) merupakan evapotranspirasi yang terjadi pada saat air yang tersedia terbatas atau dibawah kapasitas lapang.

    Kapasitas lapang (KL) adalah keadaan tanah dalam kondisi jenuh, menunjukkan jumlah air maksimum yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi.

    Titik Layu Permanen (TLP) merupakan batas bawah ketersediaan air dalam tanah untuk tanaman, dimana akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air untuk pertumbuhannya.

    Ketersediaan Air Bagi Tanaman (ATi) adalah banyaknya air di dalam tanah yang tersedia bagi tanaman yaitu berada pada kisaran antara kapasitas lapang dan titik layu permanen (TLP).

    Tingkat ketersediaan air tanah dihitung dengan persamaan :

    ((KAT-TLP)/(KL-TLP)) x 100%

    dengan kriteria sebagai berikut :

    1. Kurang
      : jika ketersediaan air tanah < 40%
    2. Sedang
      : jika ketersediaan air tanah 40% - 60%
    3. Cukup
      : jika ketersediaan air tanah > 60%

    Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman di suatu wilayah dihitung berdasarkan neraca air lahan, yang merupakan selisih antara jumlah air yang diterima lahan dan kehilangan air dari lahan melalui proses evapotranspirasi. Asumsi dalam perhitungan neraca air adalah bahwa air yang diterima lahan hanya berasal dari curah hujan dan kedalaman tinjau tanah adalah 1 meter dengan kondisi tanah homogen.

    Surplus merupakan air berlebih dari curah hujan setelah kandungan air tanah mencapai Kapasitas Lapang (KL). Dihitung berdasarkan curah hujan dikurangi evapotranspirasi dan perubahan kandungan air tanah (CH-ETp-Dkat).

    Pengisian air tanah merupakan kondisi terjadinya peningkatan kandungan air tanah sampai mencapai tingkat Kapasitas Lapang (KL).

    Defisit merupakan kondisi terjadinya penurunan kandungan air tanah dan berkurangnya air untuk keperluan evapotranspirasi potensial (ETp) yang disebabkan CH < ETp, sehingga terdapat perbedaan/selisih evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi Aktual (ETa).

    Tingkat Kekeringan Berdasarkan Indeks Thornthwaite and Mather adalah tingkat kekeringan dari perhitungan empiris neraca air lahan dengan variabel curah hujan dan evapotranspirasi (ETp).

    Indeks kekeringan dihitung dengan nilai prosentase perbandingan antara nilai Defisit dan Evaporasi Potensial (PE) dengan persamaan :

    Ia = (D/PE)x100.

    Berdasarkan nilai indeks kekeringan dikategori sebagai berikut:

    Tingkat Kekeringan :

    1. Berat : Jika indeks kekeringan < 16.77
    2. Sedang : Jika indeks kekeringan 16.77 – 33.33
    3. Ringan : Jika indeks kekeringan > 33.

    Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Lahan Gambut di suatu wilayah dihitung berdasarkan neraca air lahan yang merupakan selisih antara jumlah air yang diterima lahan gambut dan kehilangan air dari lahan gambut melalui proses evapotranspirasi dimana evapotranspirasi * 1.1 (nilai koefisien tanaman gambut).

    Asumsi dalam perhitungan neraca air adalah bahwa air yang diterima lahan gambut hanya berasal dari curah hujan dimana curah hujan *0.164 (nilai intersepsi lahan gambut) dan kedalaman tinjau tanah adalah 1 meter atau pada kedalaman gambut dangkal.

    Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit tular vektor yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi virus Dengue (DENV). DBD termasuk salah satu penyakit berbasis lingkungan yang sering mewabah di wilayah Jawa Timur.

    Kecocokan Iklim untuk perkembangan nyamuk DBD merupakan kondisi iklim yang menggambarkan kecocokan iklim untuk perkembangan nyamuk penyebar penyakit DBD.

    Parameter iklim yang digunakan adalah Kelembaban Udara Relatif (RH) dengan batasan RH>75%.

    Angka Insiden (AI) / Incident Rate (IR) menunjukkan jumlah kasus DBD per 100.000 penduduk di suatu wilayah dengan persamaan :

    AI = (Jumlah kasus DBD/jumlah penduduk)*100.000

    Prakiraan Angka Insiden (AI) dihitung dengan menggunakan persamaan Regresi Binomial Negatif dengan persamaan sebagai berikut :

    ln (Yt) = a ln(Yt-1) + b ln(Yt-2) + c RHt-1

    dimana:

    Yt = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t

    Yt-1 = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t-1

    Yt-2 = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t-2

    RHt-1 = kelembaban udara pada bulan ke t-1

  • (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan Mei Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur



    (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan Mei Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan Mei Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur

    Hasil analisis Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman di wilayah Jawa Timur pada bulan Mei 2021 pada umumnya di Sebagian Besar wilayah Jawa Timur CUKUP.



    TINGKAT Ketersediaan Air Bagi Tanaman : CUKUP

    Sebagian Besar :Jawa Timur

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman CUKUP tersebut menjadikan tanah dalam kondisi basah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman berada di atas 60%.


    TINGKAT Ketersediaan Air Bagi Tanaman : SEDANG

    Sebagian :Tuban, Lamongan, Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Bojonegoro, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang, Probolinggo, Jember, Situbondo, Banyuwangi, Bangkalan, Sampang dan Pamekasan

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman SEDANG tersebut telah terjadi pengurangan air tanah, akan tetapi tingkat ketersediaan air tanah dibawah 60%.


    TINGKAT Ketersediaan Air Bagi Tanaman : KURANG

    Sebagian :Lamongan, Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Bangkalan dan Banyuwangi

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman KURANG tersebut dimana curah hujan yang terjadi lebih kecil dari evapotranspirasinya sehingga tingkat ketersediaan air tanahnya berada dibawah 40%.


    (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman (ATi) Bulan Mei Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur merupakan evaluasi kejadian yang telah terjadi selama bulan Mei 2021, yang digunakan sebagai masukan dalam pembuatan prediksi tingkat ketersediaan air bagi tanaman bulan berikutnya.

    Berdasarkan analisis tingkat ketersediaan air bagi tanaman (ATi) diperoleh pula analisis surplus dan defisit neraca air lahan serta tingkat kekeringan berdasarkan indeks Thornthwaite and Mather bulan Mei 2021.


    1.


    Hasil monitoring Suhu Udara Maksimum Absolut di wilayah Indonesia pada bulan Mei 2021 umumnya pada kisaran 33.1 – 35.0°C.

    Monitoring tiap Klasifikasi Suhu Udara Maksimum Absolut Bulan Mei 2021 (0 C)

    • 27.1 – 29.0 (0 C): Tretes
    • 29.1 – 31.0 (0 C): Malang dan Sawahan Nganjuk
    • 31.1 – 33.0 (0 C): Pacitan, Sangkapura Gresik, Abdul Rachman Saleh Malang, dan Banyuwangi
    • 33.1 – 35.0 (0 C): Madiun, Juanda Sidoarjo, Kalianget Sumenep, dan Karangkates
    • >35.0 (0 C): Perak I Surabaya, dan Tanjung Perak Surabaya

    2.


    Hasil monitoring Suhu Udara Minimum Absolut di wilayah Indonesia pada bulan Mei 2021 umumnya pada kisaran 21.1 – 23.0°C.

    Monitoring tiap Klasifikasi Suhu Udara Minimum Absolut Bulan Mei 2021 (0 C)

    • <17.1(0 C): Malang dan Tretes Pasuruan
    • 17.1 - 19.0 (0 C): Abdulrachman Saleh Malang, Karangkates Malang, dan Sawahan Nganjuk
    • 19.1 – 21.0 (0 C): Pacitan
    • 21.1 – 23.0 (0 C): Madiun, dan Banyuwangi
    • 23.1 – 25.0 (0 C): Sangkapura Gresik, Perak I / Surabaya, Juanda Sidoarjo, Tanjung Perak Surabaya, dan Kalianget Sumenep

    3.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Kelembaban Udara Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan Mei 2021 umumnya pada kisaran 80 – 90%.

    • 75 – 80 %: Sangkapura Gresik, Perak I Surabaya, Juanda Sidoarjo, Perak II Surabaya, Tuban, Malang, Kalianget Sumenep dan Banyuwangi
    • 80 – 85 %: KarangKates Malang dan Sawahan Nganjuk

    4.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Jumlah Penguapan di wilayah Indonesia pada bulan Mei 2021 umumnya pada kisaran 101 – 150 mm.

    • 101 - 125 (mm) : Karangkates Malang, dan Sawahan Nganjuk
    • 126 – 150 (mm) : Sangkapura Gresik, Perak I Surabaya, Juanda Sidoarjo, Maritim Perak II Surabaya, dan Malang
    • 151 – 175 (mm) : Kalianget Sumenep, dan Banyuwangi

    5.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Penguapan Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan Mei 2021 umumnya pada kisaran 3.01 – 5.00 mm.

    • 3.01 – 4.00 (mm) : Karangkates Malang dan Sawahan Nganjuk
    • 4.01 – 5.00 (mm) : Sangkapura Gresik, Perak I Surabaya, Juanda Sidoarjo, Maritim Perak II Surabaya, Malang, dan Kalianget Sumenep
    • 5.01 – 6.00 (mm) : Banyuwangi

    6.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Lama Penyinaran Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan Mei 2021 umumnya pada kisaran 20 – 80%.

    • 20 – 40 %: Tretes Pasuruan
    • 40 – 60 %: Sawahan Nganjuk, Karangkates Malang, Malang, Perak II Surabaya dan Perak I Surabaya
    • 60 – 80 %: Juanda Surabaya, Sangkapura Gresik, Banyuwangi, Kalianget Sumenep

    7.


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Jumlah Evapotranspirasi Potensial (ETp) di wilayah Indonesia pada bulan Mei 2021 umumnya pada kisaran 76 – 150 mm.

    Analisis tiap Klasifikasi Jumlah Evapotranspirasi Potensial (mm) Bulan Mei 2021

    • 76 – 100 mm : Pacitan, Tretes Pasuruan, Karangkates Malang dan Sawahan Nganjuk
    • 101 – 125 mm : Sangkapura Gresik, Perak I Surabaya, Juanda Sidoarjo, Perak II Surabaya, Malang dan Kalianget Sumenep
    • 126 – 150 mm : Madiun dan Banyuwangi

    8.


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Surplus dan Defisit di wilayah Indonesia pada bulan Mei 2021 sebagian besar mengalami Surplus.

    • Daerah dengan Tingkat Ketersediaan air tanah DEFISIT meliputi : Madiun, Sangkapura Gresik, Tuban, Juanda Sidoarjo, Malang, Abdul Rahmansaleh Malang, Karangkates Malang, Kalianget Sumenep, Sawahan Nganjuk, dan Banyuwangi

      Pada daerah tersebut terjadi penurunan kandungan air tanah dan berkurangnya air untuk keperluan evapotranspirasi potensial (ETp) yang disebabkan Curah Hujan (CH) < evapotranspirasi potensial (ETp), sehingga terdapat perbedaan/selisih evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi Aktual (ETa).

    • Daerah dengan Tingkat Ketersediaan air tanah PENGISIAN meliputi : Surabaya

      Pada daerah tersebut terjadi peningkatan kandungan air tanah sampai mencapai tingkat kapasitas lapang (KL).

    • Daerah dengan Tingkat Ketersediaan air tanah SURPLUS meliputi : Pacitan dan Tretes Pasuruan

      Pada daerah tersebut kandungan air tanah sudah melebihi kapasitas lapang (KL).



    9


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Tingkat Kekeringan dengan Indeks Thornthwaite and Mather di wilayah Indonesia pada bulan Mei 2021 : Ringan/Tidak Ada

    • RINGAN/ TIDAK ADA/NORMAL (<16.77) : Seluruh Besar Jawa Timur
    • SEDANG (16.77 – 33.33) : Sebagain kecil Sidoarjo dan Kota Surabaya
    • BERAT (>33.33) : -

    Data Kandungan Air Tanah bulan Mei 2021 beberapa tempat di Jawa Timur

    • Pacitan : 300
    • Madiun : 247
    • Stamet Sangkapura Gresik : 342
    • Stamet Tuban : 301
    • Stamet Juanda Sidoarjo : 276
    • Stamet Surabaya : 317
    • Staklim Malang : 330
    • Stageof Tretes Pasuruan : 300
    • Malang/ Abdul Rachman Saleh : 328
    • Stageof Karangkates Malang : 317
    • Stamet Kalianget Sumenep : 267
    • Stageof Sawahan Nganjuk : 280
    • Stamet Banyuwangi : 239

    ISTILAH – ISTILAH

    Suhu Udara Minimum Absolut merupakan suhu minimum harian terendah yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Suhu Udara Maksimum Absolutmerupakan suhu maksimum harian tertinggi yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Kelembaban Udara Relatif Rata-Rata (Relative Humidity, RH) merupakan perbandingan antara jumlah uap air yang terkandung dalam udara pada suatu waktu tertentu dengan jumlah uap air maksimal yang dapat ditampung oleh udara tersebut pada tekanan dan temperatur yang sama.

    Kelembaban udara relatif dihitung sesuai dengan laporan FKlim dengan persamaan:

    RH rata-rata harian = ((2 X RH(07WS)) + RH(13WS) + RH(18WS)) / 4

    Evapotranspirasi Potensial (ETp) merupakan evapotranspirasi yang terjadi pada saat air cukup tersedia atau kapasitas lapang.

    Evapotranspirasi Aktual (Eta) merupakan evapotranspirasi yang terjadi pada saat air yang tersedia terbatas atau dibawah kapasitas lapang.

    Kapasitas lapang (KL) adalah keadaan tanah dalam kondisi jenuh, menunjukkan jumlah air maksimum yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi.

    Titik Layu Permanen (TLP) merupakan batas bawah ketersediaan air dalam tanah untuk tanaman, dimana akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air untuk pertumbuhannya.

    Ketersediaan Air Bagi Tanaman (ATi) adalah banyaknya air di dalam tanah yang tersedia bagi tanaman yaitu berada pada kisaran antara kapasitas lapang dan titik layu permanen (TLP).

    Tingkat ketersediaan air tanah dihitung dengan persamaan :

    ((KAT-TLP)/(KL-TLP)) x 100%

    dengan kriteria sebagai berikut :

    1. Kurang
      : jika ketersediaan air tanah < 40%
    2. Sedang
      : jika ketersediaan air tanah 40% - 60%
    3. Cukup
      : jika ketersediaan air tanah > 60%

    Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman di suatu wilayah dihitung berdasarkan neraca air lahan, yang merupakan selisih antara jumlah air yang diterima lahan dan kehilangan air dari lahan melalui proses evapotranspirasi. Asumsi dalam perhitungan neraca air adalah bahwa air yang diterima lahan hanya berasal dari curah hujan dan kedalaman tinjau tanah adalah 1 meter dengan kondisi tanah homogen.

    Surplus merupakan air berlebih dari curah hujan setelah kandungan air tanah mencapai Kapasitas Lapang (KL). Dihitung berdasarkan curah hujan dikurangi evapotranspirasi dan perubahan kandungan air tanah (CH-ETp-Dkat).

    Pengisian air tanah merupakan kondisi terjadinya peningkatan kandungan air tanah sampai mencapai tingkat Kapasitas Lapang (KL).

    Defisit merupakan kondisi terjadinya penurunan kandungan air tanah dan berkurangnya air untuk keperluan evapotranspirasi potensial (ETp) yang disebabkan CH < ETp, sehingga terdapat perbedaan/selisih evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi Aktual (ETa).

    Tingkat Kekeringan Berdasarkan Indeks Thornthwaite and Mather adalah tingkat kekeringan dari perhitungan empiris neraca air lahan dengan variabel curah hujan dan evapotranspirasi (ETp).

    Indeks kekeringan dihitung dengan nilai prosentase perbandingan antara nilai Defisit dan Evaporasi Potensial (PE) dengan persamaan :

    Ia = (D/PE)x100.

    Berdasarkan nilai indeks kekeringan dikategori sebagai berikut:

    Tingkat Kekeringan :

    1. Berat : Jika indeks kekeringan < 16.77
    2. Sedang : Jika indeks kekeringan 16.77 – 33.33
    3. Ringan : Jika indeks kekeringan > 33.

    Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Lahan Gambut di suatu wilayah dihitung berdasarkan neraca air lahan yang merupakan selisih antara jumlah air yang diterima lahan gambut dan kehilangan air dari lahan gambut melalui proses evapotranspirasi dimana evapotranspirasi * 1.1 (nilai koefisien tanaman gambut).

    Asumsi dalam perhitungan neraca air adalah bahwa air yang diterima lahan gambut hanya berasal dari curah hujan dimana curah hujan *0.164 (nilai intersepsi lahan gambut) dan kedalaman tinjau tanah adalah 1 meter atau pada kedalaman gambut dangkal.

    Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit tular vektor yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi virus Dengue (DENV). DBD termasuk salah satu penyakit berbasis lingkungan yang sering mewabah di wilayah Jawa Timur.

    Kecocokan Iklim untuk perkembangan nyamuk DBD merupakan kondisi iklim yang menggambarkan kecocokan iklim untuk perkembangan nyamuk penyebar penyakit DBD.

    Parameter iklim yang digunakan adalah Kelembaban Udara Relatif (RH) dengan batasan RH>75%.

    Angka Insiden (AI) / Incident Rate (IR) menunjukkan jumlah kasus DBD per 100.000 penduduk di suatu wilayah dengan persamaan :

    AI = (Jumlah kasus DBD/jumlah penduduk)*100.000

    Prakiraan Angka Insiden (AI) dihitung dengan menggunakan persamaan Regresi Binomial Negatif dengan persamaan sebagai berikut :

    ln (Yt) = a ln(Yt-1) + b ln(Yt-2) + c RHt-1

    dimana:

    Yt = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t

    Yt-1 = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t-1

    Yt-2 = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t-2

    RHt-1 = kelembaban udara pada bulan ke t-1

  • (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan April Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur



    (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan April Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan April Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur

    Hasil analisis Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman di wilayah Jawa Timur pada bulan April 2021 pada umumnya di Sebagian Besar wilayah Jawa Timur CUKUP.



    TINGKAT Ketersediaan Air Bagi Tanaman : CUKUP

    Sebagian Besar :Jawa Timur

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman CUKUP tersebut menjadikan tanah dalam kondisi basah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman berada di atas 60%.


    TINGKAT Ketersediaan Air Bagi Tanaman : SEDANG

    Sebagian Kecil :Lamongan, Gresik dan Bangkalan

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman SEDANG tersebut telah terjadi pengurangan air tanah, akan tetapi tingkat ketersediaan air tanah dibawah 60%.


    TINGKAT Ketersediaan Air Bagi Tanaman : KURANG

    -

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman KURANG tersebut dimana curah hujan yang terjadi lebih kecil dari evapotranspirasinya sehingga tingkat ketersediaan air tanahnya berada dibawah 40%.


    (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman (ATi) Bulan April Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur merupakan evaluasi kejadian yang telah terjadi selama bulan April 2021, yang digunakan sebagai masukan dalam pembuatan prediksi tingkat ketersediaan air bagi tanaman bulan berikutnya.

    Berdasarkan analisis tingkat ketersediaan air bagi tanaman (ATi) diperoleh pula analisis surplus dan defisit neraca air lahan serta tingkat kekeringan berdasarkan indeks Thornthwaite and Mather bulan April 2021.


    1.


    Hasil monitoring Suhu Udara Maksimum Absolut di wilayah Indonesia pada bulan April 2021 umumnya pada kisaran 31.1 – 35.0°C.

    Monitoring tiap Klasifikasi Suhu Udara Maksimum Absolut Bulan April 2021 (0 C)

    • <27.0 (0 C): Tretes
    • 29.1 – 31.0 (0 C): Tretes Pasuruan dan Sawahan Nganjuk
    • 31.1 – 33.0 (0 C): Sangkapura Gresik, Malang, Abdul Rachman Saleh Malang, Kalianget Sumenep, dan Banyuwangi
    • 33.1 – 35.0 (0 C): Pacitan, Madiun, Juanda Sidoarjo, dan Karangkates Malang
    • >35.0 (0 C): Tanjung Perak Surabaya

    2.


    Hasil monitoring Suhu Udara Minimum Absolut di wilayah Indonesia pada bulan April 2021 umumnya pada kisaran 21.1 – 23.0°C.

    Monitoring tiap Klasifikasi Suhu Udara Minimum Absolut Bulan April 2021 (0 C)

    • <17.1(0 C): Malang, Abdulrachman Saleh Malang, dan Tretes Pasuruan
    • 17.1 - 19.0 (0 C): Karangkates Malang dan Sawahan Nganjuk
    • 19.1 – 21.0 (0 C): Madiun, Juanda, dan Banyuwangi
    • 21.1 – 23.0 (0 C): Pacitan, Perak I / Surabaya, dan Kalianget Sumenep
    • 23.1 – 25.0 (0 C): Sangkapura Gresik, dan Tanjung Perak Surabaya

    3.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Kelembaban Udara Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan April 2021 umumnya pada kisaran 80 – 90%.

    • 75 – 80 %: Perak I Surabaya, Juanda Surabaya, Perak II Surabaya, Tuban, Malang dan Banyuwangi
    • 80 – 85 %: Sangkapura Gresik, Karangkates Malang, Kalianget Sumenep dan Sawahan Nganjuk

    4.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Jumlah Penguapan di wilayah Indonesia pada bulan April 2021 umumnya pada kisaran 101 – 150 mm.

    • 76 - 100 (mm) : Juanda Sidoarjo, dan Karangkates Malang
    • 101 - 125 (mm) : Sangkapura Gresik, Maritim Perak II Surabaya, Perak I Surabaya dan Kalianget Sumenep
    • 126 – 150 (mm) : Malang, Sawahan Nganjuk, dan Banyuwangi

    5.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Penguapan Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan April 2021 umumnya pada kisaran 3.01 – 5.00 mm.

    • 3.01 – 4.00 (mm) : Juanda Surabaya dan Karangkates Malang
    • 4.01 – 5.00 (mm) : Perak I Surabaya, Perak II Surabaya, Malang, Kalianget Sumenep, Sawahan Nganjuk, dan Banyuwangi

    6.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Lama Penyinaran Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan April 2021 umumnya pada kisaran 20 – 80%.

    • 20 – 40 %: Tretes Pasuruan
    • 40 – 60 %: Karangkates Malang, Malang, Sawahan Nganjuk, Perak II Surabaya, Perak I Surabaya,dan Juanda Sidoarjo
    • 60 – 80 %: Kalianget Sumenep, Banyuwangi,dan Sangkapura Gresik

    7.


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Jumlah Evapotranspirasi Potensial (ETp) di wilayah Indonesia pada bulan April 2021 umumnya pada kisaran 76 – 125 mm.

    Analisis tiap Klasifikasi Jumlah Evapotranspirasi Potensial (mm) Bulan April 2021

    • 76 – 100 mm : Sangkapura Gresik, Juanda Surabaya, Tretes Pasuruan, Malang dan Karangkates Malang
    • 101 – 125 mm : Pacitan, Perak I Surabaya, Perak II Surabaya, Malang, Kalianget Sumenep, Sawahan Nganjuk, dan Banyuwangi
    • 126 – 150 mm : Madiun

    8.


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Surplus dan Defisit di wilayah Indonesia pada bulan April 2021 sebagian besar mengalami Surplus.

    • Daerah dengan Tingkat Ketersediaan air tanah DEFISIT meliputi : Tuban dan Surabaya

      Pada daerah tersebut terjadi penurunan kandungan air tanah dan berkurangnya air untuk keperluan evapotranspirasi potensial (ETp) yang disebabkan Curah Hujan (CH) < evapotranspirasi potensial (ETp), sehingga terdapat perbedaan/selisih evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi Aktual (ETa).

    • Daerah dengan Tingkat Ketersediaan air tanah PENGISIAN meliputi : -

      Pada daerah tersebut terjadi peningkatan kandungan air tanah sampai mencapai tingkat kapasitas lapang (KL).

    • Daerah dengan Tingkat Ketersediaan air tanah SURPLUS meliputi : Pacitan, Madiun, Sangkapura Gresik, Tuban, Juanda Sidoarjo, Malang, Tretes Pasuruan, Abdul Rahmansaleh Malang, Karangkates Malang, Kalianget Sumenep, Sawahan Nganjuk, dan Banyuwangi

      Pada daerah tersebut kandungan air tanah sudah melebihi kapasitas lapang (KL).



    9


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Tingkat Kekeringan dengan Indeks Thornthwaite and Mather di wilayah Indonesia pada bulan April 2021 : Ringan/Tidak Ada

    • RINGAN/ TIDAK ADA/NORMAL (<16.77) : Seluruh Jawa Timur
    • SEDANG (16.77 – 33.33) : -
    • SEDANG (16.77 – 33.33) : -
    • BERAT (>33.33) : -

    Data Kandungan Air Tanah bulan April 2021 beberapa tempat di Jawa Timur

    • Pacitan : 300
    • Madiun : 300
    • Stamet Sangkapura Gresik : 350
    • Stamet Tuban : 325
    • Stamet Juanda Sidoarjo : 350
    • Stamet Surabaya : 298
    • Staklim Malang : 350
    • Stageof Tretes Pasuruan : 300
    • Malang/ Abdul Rachman Saleh : 350
    • Stageof Karangkates Malang : 350
    • Stamet Kalianget Sumenep : 300
    • Stageof Sawahan Nganjuk : 300
    • Stamet Banyuwangi : 300

    ISTILAH – ISTILAH

    Suhu Udara Minimum Absolut merupakan suhu minimum harian terendah yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Suhu Udara Maksimum Absolutmerupakan suhu maksimum harian tertinggi yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Kelembaban Udara Relatif Rata-Rata (Relative Humidity, RH) merupakan perbandingan antara jumlah uap air yang terkandung dalam udara pada suatu waktu tertentu dengan jumlah uap air maksimal yang dapat ditampung oleh udara tersebut pada tekanan dan temperatur yang sama.

    Kelembaban udara relatif dihitung sesuai dengan laporan FKlim dengan persamaan:

    RH rata-rata harian = ((2 X RH(07WS)) + RH(13WS) + RH(18WS)) / 4

    Evapotranspirasi Potensial (ETp) merupakan evapotranspirasi yang terjadi pada saat air cukup tersedia atau kapasitas lapang.

    Evapotranspirasi Aktual (Eta) merupakan evapotranspirasi yang terjadi pada saat air yang tersedia terbatas atau dibawah kapasitas lapang.

    Kapasitas lapang (KL) adalah keadaan tanah dalam kondisi jenuh, menunjukkan jumlah air maksimum yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi.

    Titik Layu Permanen (TLP) merupakan batas bawah ketersediaan air dalam tanah untuk tanaman, dimana akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air untuk pertumbuhannya.

    Ketersediaan Air Bagi Tanaman (ATi) adalah banyaknya air di dalam tanah yang tersedia bagi tanaman yaitu berada pada kisaran antara kapasitas lapang dan titik layu permanen (TLP).

    Tingkat ketersediaan air tanah dihitung dengan persamaan :

    ((KAT-TLP)/(KL-TLP)) x 100%

    dengan kriteria sebagai berikut :

    1. Kurang
      : jika ketersediaan air tanah < 40%
    2. Sedang
      : jika ketersediaan air tanah 40% - 60%
    3. Cukup
      : jika ketersediaan air tanah > 60%

    Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman di suatu wilayah dihitung berdasarkan neraca air lahan, yang merupakan selisih antara jumlah air yang diterima lahan dan kehilangan air dari lahan melalui proses evapotranspirasi. Asumsi dalam perhitungan neraca air adalah bahwa air yang diterima lahan hanya berasal dari curah hujan dan kedalaman tinjau tanah adalah 1 meter dengan kondisi tanah homogen.

    Surplus merupakan air berlebih dari curah hujan setelah kandungan air tanah mencapai Kapasitas Lapang (KL). Dihitung berdasarkan curah hujan dikurangi evapotranspirasi dan perubahan kandungan air tanah (CH-ETp-Dkat).

    Pengisian air tanah merupakan kondisi terjadinya peningkatan kandungan air tanah sampai mencapai tingkat Kapasitas Lapang (KL).

    Defisit merupakan kondisi terjadinya penurunan kandungan air tanah dan berkurangnya air untuk keperluan evapotranspirasi potensial (ETp) yang disebabkan CH < ETp, sehingga terdapat perbedaan/selisih evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi Aktual (ETa).

    Tingkat Kekeringan Berdasarkan Indeks Thornthwaite and Mather adalah tingkat kekeringan dari perhitungan empiris neraca air lahan dengan variabel curah hujan dan evapotranspirasi (ETp).

    Indeks kekeringan dihitung dengan nilai prosentase perbandingan antara nilai Defisit dan Evaporasi Potensial (PE) dengan persamaan :

    Ia = (D/PE)x100.

    Berdasarkan nilai indeks kekeringan dikategori sebagai berikut:

    Tingkat Kekeringan :

    1. Berat : Jika indeks kekeringan < 16.77
    2. Sedang : Jika indeks kekeringan 16.77 – 33.33
    3. Ringan : Jika indeks kekeringan > 33.

    Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Lahan Gambut di suatu wilayah dihitung berdasarkan neraca air lahan yang merupakan selisih antara jumlah air yang diterima lahan gambut dan kehilangan air dari lahan gambut melalui proses evapotranspirasi dimana evapotranspirasi * 1.1 (nilai koefisien tanaman gambut).

    Asumsi dalam perhitungan neraca air adalah bahwa air yang diterima lahan gambut hanya berasal dari curah hujan dimana curah hujan *0.164 (nilai intersepsi lahan gambut) dan kedalaman tinjau tanah adalah 1 meter atau pada kedalaman gambut dangkal.

    Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit tular vektor yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi virus Dengue (DENV). DBD termasuk salah satu penyakit berbasis lingkungan yang sering mewabah di wilayah Jawa Timur.

    Kecocokan Iklim untuk perkembangan nyamuk DBD merupakan kondisi iklim yang menggambarkan kecocokan iklim untuk perkembangan nyamuk penyebar penyakit DBD.

    Parameter iklim yang digunakan adalah Kelembaban Udara Relatif (RH) dengan batasan RH>75%.

    Angka Insiden (AI) / Incident Rate (IR) menunjukkan jumlah kasus DBD per 100.000 penduduk di suatu wilayah dengan persamaan :

    AI = (Jumlah kasus DBD/jumlah penduduk)*100.000

    Prakiraan Angka Insiden (AI) dihitung dengan menggunakan persamaan Regresi Binomial Negatif dengan persamaan sebagai berikut :

    ln (Yt) = a ln(Yt-1) + b ln(Yt-2) + c RHt-1

    dimana:

    Yt = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t

    Yt-1 = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t-1

    Yt-2 = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t-2

    RHt-1 = kelembaban udara pada bulan ke t-1

  • (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan Maret Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur



    (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan Maret Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan Maret Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur

    TINGKAT Ketersediaan Air Bagi Tanaman : CUKUP

    SELURUH :Jawa Timur


    (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman (ATi) Bulan Maret Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur merupakan evaluasi kejadian yang telah terjadi selama bulan Maret 2021, yang digunakan sebagai masukan dalam pembuatan prediksi tingkat ketersediaan air bagi tanaman bulan berikutnya.

    Berdasarkan analisis tingkat ketersediaan air bagi tanaman (ATi) diperoleh pula analisis surplus dan defisit neraca air lahan serta tingkat kekeringan berdasarkan indeks Thornthwaite and Mather bulan Maret 2021.

    Hasil analisis Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman di wilayah Jawa Timur pada bulan Maret 2021 pada umumnya di SELURUH wilayah Jawa Timur CUKUP.

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman CUKUP tersebut menjadikan tanah dalam kondisi basah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman berada di atas 60%.

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman SEDANG tersebut telah terjadi pengurangan air tanah, akan tetapi tingkat ketersediaan air tanah dibawah 60%.

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman KURANG tersebut dimana curah hujan yang terjadi lebih kecil dari evapotranspirasinya sehingga tingkat ketersediaan air tanahnya berada dibawah 40%.


    1.


    Hasil monitoring Suhu Udara Maksimum Absolut di wilayah Indonesia pada bulan Maret 2021 umumnya pada kisaran 31.1 – 35.0°C.

    Monitoring tiap Klasifikasi Suhu Udara Maksimum Absolut Bulan Maret 2021 (0 C)

    • <27.0 (0 C): Tretes
    • 29.1 – 31.0 (0 C): Malang, Abdul Rachman Saleh Malang dan Sawahan Nganjuk
    • 31.1 – 33.0 (0 C): Sangkapura Gresik, Kalianget Sumenep dan Banyuwangi
    • 33.1 – 35.0 (0 C): Pacitan, Madiun, Juanda Sidoarjo, Perak I Surabaya dan Karangkates Malang
    • >35.0 (0 C): Tanjung Perak Surabaya

    2.


    Hasil monitoring Suhu Udara Minimum Absolut di wilayah Indonesia pada bulan Maret 2021 umumnya pada kisaran 21.1 – 23.0°C.

    Monitoring tiap Klasifikasi Suhu Udara Minimum Absolut Bulan Maret 2021 (0 C)

    • 17.1 - 19.0 (0 C): Malang, Abdulrachman Saleh Malang, dan Tretes Pasuruan
    • 19.1 – 21.0 (0 C): Karangkates Malang, dan Sawahan Nganjuk
    • 21.1 – 23.0 (0 C): Pacitan, Madiun, dan Juanda Sidoarjo
    • 23.1 – 25.0 (0 C): Sangkapura Gresik, Perak I / Surabaya, Tanjung Perak Surabaya, Kalianget Sumenep dan Banyuwangi

    3.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Kelembaban Udara Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan Maret 2021 umumnya pada kisaran 80 – 90%.

    Lokasi pengamatan dengan kelembaban udara rata-rata harian terendah adalah Tretes Pasuruan sebesar 94%.

    • 80 – 85 %: Sangkapura Gresik, Perak I Surabaya, Juanda Sidoarjo, Maritim Perak II Surabaya, Tuban, Malang, Karangkates Malang, dan Banyuwangi
    • 85 – 90 %: Kalianget Sumenep dan Sawahan Nganjuk
    • >90 %: Tretes Pasuruan

    4.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Jumlah Penguapan di wilayah Indonesia pada bulan Maret 2021 umumnya pada kisaran 126 – 175 mm.

    • 101 - 125 (mm) : Sangkapura Gresik dan Kalianget Sumenep
    • 126 – 150 (mm) : Perak I Surabaya, Tanjung Perak Surabaya, Malang, Karangkates Malang, dan Banyuwangi
    • 151 – 175 (mm) : Juanda Sidoarjo dan Sawahan Nganjuk

    5.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Penguapan Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan Maret 2021 umumnya pada kisaran 3.01 – 5.00 mm.

    • 0 – 4.00 (mm) : Sangkapura Gresik dan Kalianget Sumenep
    • 3.01 – 4.00 (mm) : Sangkapura Gresik dan Kalianget Sumenep
    • 4.01 – 5.00 (mm) : Perak I Surabaya, Tanjung Perak Surabaya, Malang, Karangkates Malang, dan Banyuwangi
    • 5.01 – 6.00 (mm) : Juanda Sidoarjo, dan Sawahan Nganjuk

    6.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Lama Penyinaran Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan Maret 2021 umumnya pada kisaran 20 – 60%.

    Lokasi pengamatan dengan lama penyinaran rata-rata harian terendah adalah Tretes (Jawa Timur) sebesar 17%.

    • 0 – 20 %: Tretes Pasuruan
    • 20 – 40 %: Perak I Surabaya, Malang, Kalianget Sumenep dan Sawahan Nganjuk
    • 40 – 60 %: Sangkapura Gresik, Juanda Sidoarjo, Tanjung Perak Surabaya, Karangkates Malang, dan Banyuwangi

    7.


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Jumlah Evapotranspirasi Potensial (ETp) di wilayah Indonesia pada bulan Maret 2021 umumnya pada kisaran 76 – 125 mm.

    Analisis tiap Klasifikasi Jumlah Evapotranspirasi Potensial (mm) Bulan Maret 2021

    • 76 – 100 mm : Sangkapura, Tretes Pasuruan dan Kalianget Sumenep
    • 101 – 125 mm : Pacitan, Perak I Surabaya, Perak II Surabaya, Malang,dan Banyuwangi
    • 126 – 150 mm : Madiun dan Sawahan Nganjuk

    8.


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Surplus dan Defisit di wilayah Indonesia pada bulan Maret 2021 sebagian besar mengalami Surplus.

    Daerah dengan Tingkat Ketersediaan air tanah SURPLUS meliputi : Pacitan, Madiun, Sangkapura Gresik, Tuban, Juanda Sidoarjo, Surabaya, Malang, Tretes Pasuruan, Malang / Abdul Rahmansaleh, Karangkates Malang, Kalianget Sumenep, Sawahan Nganjuk dan Banyuwangi

    Pada daerah tersebut kandungan air tanah sudah melebihi kapasitas lapang (KL).



    9


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Tingkat Kekeringan dengan Indeks Thornthwaite and Mather di wilayah Indonesia pada bulan Maret 2021 : Ringan/Tidak Ada

    • RINGAN/ TIDAK ADA/NORMAL (<16.77) : Seluruh Jawa Timur
    • SEDANG (16.77 – 33.33) : -
    • SEDANG (16.77 – 33.33) : -
    • BERAT (>33.33) : -

    Data Kandungan Air Tanah bulan Maret 2021 beberapa tempat di Jawa Timur

    • Pacitan : 300
    • Madiun : 300
    • Stamet Sangkapura Gresik : 350
    • Stamet Tuban : 350
    • Stamet Juanda Sidoarjo : 350
    • Stamet Surabaya : 350
    • Staklim Malang : 350
    • Stageof Tretes Pasuruan : 300
    • Malang/ Abdul Rachman Saleh : 350
    • Stageof Karangkates Malang : 350
    • Stamet Kalianget Sumenep : 300
    • Stageof Sawahan Nganjuk : 300
    • Stamet Banyuwangi : 300

    ISTILAH – ISTILAH

    Suhu Udara Minimum Absolut merupakan suhu minimum harian terendah yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Suhu Udara Maksimum Absolutmerupakan suhu maksimum harian tertinggi yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Kelembaban Udara Relatif Rata-Rata (Relative Humidity, RH) merupakan perbandingan antara jumlah uap air yang terkandung dalam udara pada suatu waktu tertentu dengan jumlah uap air maksimal yang dapat ditampung oleh udara tersebut pada tekanan dan temperatur yang sama.

    Kelembaban udara relatif dihitung sesuai dengan laporan FKlim dengan persamaan:

    RH rata-rata harian = ((2 X RH(07WS)) + RH(13WS) + RH(18WS)) / 4

    Evapotranspirasi Potensial (ETp) merupakan evapotranspirasi yang terjadi pada saat air cukup tersedia atau kapasitas lapang.

    Evapotranspirasi Aktual (Eta) merupakan evapotranspirasi yang terjadi pada saat air yang tersedia terbatas atau dibawah kapasitas lapang.

    Kapasitas lapang (KL) adalah keadaan tanah dalam kondisi jenuh, menunjukkan jumlah air maksimum yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi.

    Titik Layu Permanen (TLP) merupakan batas bawah ketersediaan air dalam tanah untuk tanaman, dimana akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air untuk pertumbuhannya.

    Ketersediaan Air Bagi Tanaman (ATi) adalah banyaknya air di dalam tanah yang tersedia bagi tanaman yaitu berada pada kisaran antara kapasitas lapang dan titik layu permanen (TLP).

    Tingkat ketersediaan air tanah dihitung dengan persamaan :

    ((KAT-TLP)/(KL-TLP)) x 100%

    dengan kriteria sebagai berikut :

    1. Kurang
      : jika ketersediaan air tanah < 40%
    2. Sedang
      : jika ketersediaan air tanah 40% - 60%
    3. Cukup
      : jika ketersediaan air tanah > 60%

    Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman di suatu wilayah dihitung berdasarkan neraca air lahan, yang merupakan selisih antara jumlah air yang diterima lahan dan kehilangan air dari lahan melalui proses evapotranspirasi. Asumsi dalam perhitungan neraca air adalah bahwa air yang diterima lahan hanya berasal dari curah hujan dan kedalaman tinjau tanah adalah 1 meter dengan kondisi tanah homogen.

    Surplus merupakan air berlebih dari curah hujan setelah kandungan air tanah mencapai Kapasitas Lapang (KL). Dihitung berdasarkan curah hujan dikurangi evapotranspirasi dan perubahan kandungan air tanah (CH-ETp-Dkat).

    Pengisian air tanah merupakan kondisi terjadinya peningkatan kandungan air tanah sampai mencapai tingkat Kapasitas Lapang (KL).

    Defisit merupakan kondisi terjadinya penurunan kandungan air tanah dan berkurangnya air untuk keperluan evapotranspirasi potensial (ETp) yang disebabkan CH < ETp, sehingga terdapat perbedaan/selisih evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi Aktual (ETa).

    Tingkat Kekeringan Berdasarkan Indeks Thornthwaite and Mather adalah tingkat kekeringan dari perhitungan empiris neraca air lahan dengan variabel curah hujan dan evapotranspirasi (ETp).

    Indeks kekeringan dihitung dengan nilai prosentase perbandingan antara nilai Defisit dan Evaporasi Potensial (PE) dengan persamaan :

    Ia = (D/PE)x100.

    Berdasarkan nilai indeks kekeringan dikategori sebagai berikut:

    Tingkat Kekeringan :

    1. Berat : Jika indeks kekeringan < 16.77
    2. Sedang : Jika indeks kekeringan 16.77 – 33.33
    3. Ringan : Jika indeks kekeringan > 33.

    Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Lahan Gambut di suatu wilayah dihitung berdasarkan neraca air lahan yang merupakan selisih antara jumlah air yang diterima lahan gambut dan kehilangan air dari lahan gambut melalui proses evapotranspirasi dimana evapotranspirasi * 1.1 (nilai koefisien tanaman gambut).

    Asumsi dalam perhitungan neraca air adalah bahwa air yang diterima lahan gambut hanya berasal dari curah hujan dimana curah hujan *0.164 (nilai intersepsi lahan gambut) dan kedalaman tinjau tanah adalah 1 meter atau pada kedalaman gambut dangkal.

    Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit tular vektor yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi virus Dengue (DENV). DBD termasuk salah satu penyakit berbasis lingkungan yang sering mewabah di wilayah Jawa Timur.

    Kecocokan Iklim untuk perkembangan nyamuk DBD merupakan kondisi iklim yang menggambarkan kecocokan iklim untuk perkembangan nyamuk penyebar penyakit DBD.

    Parameter iklim yang digunakan adalah Kelembaban Udara Relatif (RH) dengan batasan RH>75%.

    Angka Insiden (AI) / Incident Rate (IR) menunjukkan jumlah kasus DBD per 100.000 penduduk di suatu wilayah dengan persamaan :

    AI = (Jumlah kasus DBD/jumlah penduduk)*100.000

    Prakiraan Angka Insiden (AI) dihitung dengan menggunakan persamaan Regresi Binomial Negatif dengan persamaan sebagai berikut :

    ln (Yt) = a ln(Yt-1) + b ln(Yt-2) + c RHt-1

    dimana:

    Yt = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t

    Yt-1 = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t-1

    Yt-2 = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t-2

    RHt-1 = kelembaban udara pada bulan ke t-1

  • (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan Februari Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur



    (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan Februari Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan Februari Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur

    TINGKAT Ketersediaan Air Bagi Tanaman : CUKUP

    SELURUH :Jawa Timur


    Hasil analisis Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman di wilayah Jawa Timur pada bulan Februari 2021 pada umumnya di SELURUH wilayah Jawa Timur CUKUP.

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman CUKUP tersebut menjadikan tanah dalam kondisi basah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman berada di atas 60%.

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman SEDANG tersebut telah terjadi pengurangan air tanah, akan tetapi tingkat ketersediaan air tanah dibawah 60%.

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman KURANG tersebut dimana curah hujan yang terjadi lebih kecil dari evapotranspirasinya sehingga tingkat ketersediaan air tanahnya berada dibawah 40%.


    1.


    Hasil monitoring Suhu Udara Maksimum Absolut di wilayah Indonesia pada bulan Februari 2021 umumnya pada kisaran 31.1 – 35.0°C.

    Lokasi pengamatan dengan suhu udara maksimum absolut terendah adalah Tretes (Jawa Timur) sebesar 26.0 °C

    Monitoring tiap Klasifikasi Suhu Udara Maksimum Absolut Bulan Februari 2021 (0 C)

    • <27.0 (0 C): Tretes
    • 29.1 – 31.0 (0 C): Malang dan Sawahan Nganjuk
    • 31.1 – 33.0 (0 C): Madiun, Sangkapura Gresik, Abdul Rachman Saleh Malang, Karangkates Malang, Kalianget Sumenep dan Banyuwangi
    • 33.1 – 35.0 (0 C): Pacitan, Juanda Sidoarjo, Perak I Surabaya dan Tanjung Perak Surabaya

    2.


    Hasil monitoring Suhu Udara Minimum Absolut di wilayah Indonesia pada bulan Februari 2021 umumnya pada kisaran 21.1 – 23.0°C.

    Monitoring tiap Klasifikasi Suhu Udara Minimum Absolut Bulan Februari 2021 (0 C)

    • 17.1 - 19.0 (0 C): Tretes Pasuruan
    • 19.1 – 21.0 (0 C): Juanda Sidoarjo, Malang, Abdulrachman Saleh Malang, dan Sawahan Nganjuk
    • 21.1 – 23.0 (0 C): Pacitan, Madiun, Karangkates Malang, Kalianget Sumenep dan Banyuwangi
    • 23.1 – 25.0 (0 C): Sangkapura Gresik, Perak I / Surabaya dan Tanjung Perak Surabaya

    3.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Kelembaban Udara Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan Februari 2021 umumnya pada kisaran 80 – 90%.

    Lokasi pengamatan dengan kelembaban udara rata-rata harian terendah adalah Tretes Pasuruan sebesar 93%.

    • 80 – 85 %: Sangkapura Gresik, Perak I Surabaya, Juanda Sidoarjo, Perak II Surabaya, Tuban, Malang dan Karangkates Malang
    • 85 – 90 %: Kalianget Sumenep dan Banyuwangi
    • >90 %: Tretes Pasuruan dan Sawahan Nganjuk

    4.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Jumlah Penguapan di wilayah Indonesia pada bulan Februari 2021 umumnya pada kisaran 101 – 150 mm.

    • 76 - 100 (mm) : Karangkates Malang
    • 101 - 125 (mm) : Sangkapura Gresik, Tanjung Perak Surabaya, Malang, Sawahan Nganjuk dan Banyuwangi
    • 126 – 150 (mm) : Perak I Surabaya, Juanda Sidoarjo dan Kalianget Sumenep

    5.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Penguapan Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan Februari 2021 umumnya pada kisaran 3.01 – 5.00 mm.

    • 3.01 – 4.00 (mm) : Sangkapura Gresik, Karangkates Malang dan Banyuwangi
    • 4.01 – 5.00 (mm) : Perak I Surabaya, Juanda Sidoarjo, Tanjung Perak Surabaya, Malang, Kalianget Sumenep dan Sawahan Nganjuk

    6.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Lama Penyinaran Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan Februari 2021 umumnya pada kisaran 20 – 40%.

    • 0 – 20 %: Tretes Pasuruan
    • 20 – 40 %: Perak I Surabaya, Juanda Sidoarjo, Tanjung Perak Surabaya, Malang, Karangkates Malang, Sawahan Nganjuk dan Banyuwangi
    • 40 – 60 %: Sangkapura Gresik dan Kalianget Sumenep

    7.


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Jumlah Evapotranspirasi Potensial (ETp) di wilayah Indonesia pada bulan Februari 2021 umumnya pada kisaran 76 – 125 mm.

    Analisis tiap Klasifikasi Jumlah Evapotranspirasi Potensial (mm) Bulan Februari 2021

    • 51 – 75 mm : Tretes Pasuruan dan Karangkates Malang
    • 76 – 100 mm : Sangkapura Gresik, Maritim Perak II Surabaya, Malang, Sawahan Nganjuk dan Banyuwangi
    • 101 – 125 mm : Pacitan, Madiun, Perak I Surabaya, Juanda Sidoarjo dan Kalianget Sumenep

    8.


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Surplus dan Defisit di wilayah Indonesia pada bulan Februari 2021 sebagian besar mengalami Surplus.

    Daerah dengan Tingkat Ketersediaan air tanah SURPLUS meliputi : Pacitan, Madiun, Sangkapura Gresik, Tuban, Juanda Sidoarjo, Surabaya, Malang, Tretes Pasuruan, Malang / Abdul Rahmansaleh, Karangkates Malang, Kalianget Sumenep, Sawahan Nganjuk dan Banyuwangi

    Pada daerah tersebut kandungan air tanah sudah melebihi kapasitas lapang (KL).



    9


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Tingkat Kekeringan dengan Indeks Thornthwaite and Mather di wilayah Indonesia pada bulan Februari 2021 : Ringan/Tidak Ada

    • RINGAN/ TIDAK ADA/NORMAL (<16.77) : Seluruh Jawa Timur
    • SEDANG (16.77 – 33.33) : -
    • SEDANG (16.77 – 33.33) : -
    • BERAT (>33.33) : -

    Data Kandungan Air Tanah bulan Februari 2021 beberapa tempat di Jawa Timur

    • Pacitan : 300
    • Madiun : 300
    • Stamet Sangkapura Gresik : 350
    • Stamet Tuban : 350
    • Stamet Juanda Sidoarjo : 350
    • Stamet Surabaya : 350
    • Staklim Malang : 350
    • Stageof Tretes Pasuruan : 300
    • Malang/ Abdul Rachman Saleh : 350
    • Stageof Karangkates Malang : 350
    • Stamet Kalianget Sumenep : 300
    • Stageof Sawahan Nganjuk : 300
    • Stamet Banyuwangi : 300

    ISTILAH – ISTILAH

    Suhu Udara Minimum Absolut merupakan suhu minimum harian terendah yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Suhu Udara Maksimum Absolutmerupakan suhu maksimum harian tertinggi yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Kelembaban Udara Relatif Rata-Rata (Relative Humidity, RH) merupakan perbandingan antara jumlah uap air yang terkandung dalam udara pada suatu waktu tertentu dengan jumlah uap air maksimal yang dapat ditampung oleh udara tersebut pada tekanan dan temperatur yang sama.

    Kelembaban udara relatif dihitung sesuai dengan laporan FKlim dengan persamaan:

    RH rata-rata harian = ((2 X RH(07WS)) + RH(13WS) + RH(18WS)) / 4

    Evapotranspirasi Potensial (ETp) merupakan evapotranspirasi yang terjadi pada saat air cukup tersedia atau kapasitas lapang.

    Evapotranspirasi Aktual (Eta) merupakan evapotranspirasi yang terjadi pada saat air yang tersedia terbatas atau dibawah kapasitas lapang.

    Kapasitas lapang (KL) adalah keadaan tanah dalam kondisi jenuh, menunjukkan jumlah air maksimum yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi.

    Titik Layu Permanen (TLP) merupakan batas bawah ketersediaan air dalam tanah untuk tanaman, dimana akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air untuk pertumbuhannya.

    Ketersediaan Air Bagi Tanaman (ATi) adalah banyaknya air di dalam tanah yang tersedia bagi tanaman yaitu berada pada kisaran antara kapasitas lapang dan titik layu permanen (TLP).

    Tingkat ketersediaan air tanah dihitung dengan persamaan :

    ((KAT-TLP)/(KL-TLP)) x 100%

    dengan kriteria sebagai berikut :

    1. Kurang
      : jika ketersediaan air tanah < 40%
    2. Sedang
      : jika ketersediaan air tanah 40% - 60%
    3. Cukup
      : jika ketersediaan air tanah > 60%

    Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman di suatu wilayah dihitung berdasarkan neraca air lahan, yang merupakan selisih antara jumlah air yang diterima lahan dan kehilangan air dari lahan melalui proses evapotranspirasi. Asumsi dalam perhitungan neraca air adalah bahwa air yang diterima lahan hanya berasal dari curah hujan dan kedalaman tinjau tanah adalah 1 meter dengan kondisi tanah homogen.

    Surplus merupakan air berlebih dari curah hujan setelah kandungan air tanah mencapai Kapasitas Lapang (KL). Dihitung berdasarkan curah hujan dikurangi evapotranspirasi dan perubahan kandungan air tanah (CH-ETp-Dkat).

    Pengisian air tanah merupakan kondisi terjadinya peningkatan kandungan air tanah sampai mencapai tingkat Kapasitas Lapang (KL).

    Defisit merupakan kondisi terjadinya penurunan kandungan air tanah dan berkurangnya air untuk keperluan evapotranspirasi potensial (ETp) yang disebabkan CH < ETp, sehingga terdapat perbedaan/selisih evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi Aktual (ETa).

    Tingkat Kekeringan Berdasarkan Indeks Thornthwaite and Mather adalah tingkat kekeringan dari perhitungan empiris neraca air lahan dengan variabel curah hujan dan evapotranspirasi (ETp).

    Indeks kekeringan dihitung dengan nilai prosentase perbandingan antara nilai Defisit dan Evaporasi Potensial (PE) dengan persamaan :

    Ia = (D/PE)x100.

    Berdasarkan nilai indeks kekeringan dikategori sebagai berikut:

    Tingkat Kekeringan :

    1. Berat : Jika indeks kekeringan < 16.77
    2. Sedang : Jika indeks kekeringan 16.77 – 33.33
    3. Ringan : Jika indeks kekeringan > 33.

    Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Lahan Gambut di suatu wilayah dihitung berdasarkan neraca air lahan yang merupakan selisih antara jumlah air yang diterima lahan gambut dan kehilangan air dari lahan gambut melalui proses evapotranspirasi dimana evapotranspirasi * 1.1 (nilai koefisien tanaman gambut).

    Asumsi dalam perhitungan neraca air adalah bahwa air yang diterima lahan gambut hanya berasal dari curah hujan dimana curah hujan *0.164 (nilai intersepsi lahan gambut) dan kedalaman tinjau tanah adalah 1 meter atau pada kedalaman gambut dangkal.

    Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit tular vektor yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi virus Dengue (DENV). DBD termasuk salah satu penyakit berbasis lingkungan yang sering mewabah di wilayah Jawa Timur.

    Kecocokan Iklim untuk perkembangan nyamuk DBD merupakan kondisi iklim yang menggambarkan kecocokan iklim untuk perkembangan nyamuk penyebar penyakit DBD.

    Parameter iklim yang digunakan adalah Kelembaban Udara Relatif (RH) dengan batasan RH>75%.

    Angka Insiden (AI) / Incident Rate (IR) menunjukkan jumlah kasus DBD per 100.000 penduduk di suatu wilayah dengan persamaan :

    AI = (Jumlah kasus DBD/jumlah penduduk)*100.000

    Prakiraan Angka Insiden (AI) dihitung dengan menggunakan persamaan Regresi Binomial Negatif dengan persamaan sebagai berikut :

    ln (Yt) = a ln(Yt-1) + b ln(Yt-2) + c RHt-1

    dimana:

    Yt = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t

    Yt-1 = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t-1

    Yt-2 = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t-2

    RHt-1 = kelembaban udara pada bulan ke t-1

  • (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan Januari Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur



    (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan Januari Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur (Analisis - Bulanan) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Bulan Januari Tahun 2021 di Provinsi Jawa Timur

    TINGKAT Ketersediaan Air Bagi Tanaman : CUKUP

    SEBAGIAN BESAR :Jawa Timur


    Hasil analisis Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman di wilayah Jawa Timur pada bulan Januari 2021 pada umumnya SEBAGIAN BESAR CUKUP.

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman CUKUP tersebut menjadikan tanah dalam kondisi basah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman berada di atas 60%.

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman SEDANG tersebut telah terjadi pengurangan air tanah, akan tetapi tingkat ketersediaan air tanah dibawah 60%.

    Pada daerah – daerah dengan tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman KURANG tersebut dimana curah hujan yang terjadi lebih kecil dari evapotranspirasinya sehingga tingkat ketersediaan air tanahnya berada dibawah 40%.


    1.


    Hasil monitoring Suhu Udara Maksimum Absolut di wilayah Indonesia pada bulan Januari 2021 umumnya pada kisaran 31.1 – 35.0°C.

    Lokasi pengamatan dengan suhu udara maksimum absolut terendah adalah Tretes (Jawa Timur) sebesar 26.0 °C

    Monitoring tiap Klasifikasi Suhu Udara Maksimum Absolut Bulan Januari 2021 (0 C)

    • <27.0 (0 C): Tretes
    • 27.1 – 29.0 (0 C): Sawahan Nganjuk
    • 29.1 – 31.0 (0 C): Malang dan Abdul Rachman Saleh Malang
    • 31.1 – 33.0 (0 C): Pacitan, Sangkapura Gresik, Karangkates Malang dan Kalianget Sumenep
    • 33.1 – 35.0 (0 C): Juanda Sidoarjo, Perak I Surabaya, Tanjung Perak Surabaya dan Banyuwangi
    • >35.0 (0 C): Madiun

    2.


    Hasil monitoring Suhu Udara Minimum Absolut di wilayah Indonesia pada bulan Januari 2021 umumnya pada kisaran 21.1 – 25.0°C.

    Monitoring tiap Klasifikasi Suhu Udara Minimum Absolut Bulan Januari 2021 (0 C)

    • 17.1 - 19.0 (0 C): Tretes
    • 19.1 – 21.0 (0 C): Madiun, Malang dan Sawahan Nganjuk
    • 21.1 – 23.0 (0 C): Pacitan, Juanda Sidoarjo dan Karangkates
    • 23.1 – 25.0 (0 C): Sangkapura Gresik, Perak I / Surabaya, Tanjung Perak Surabaya, Kalianget Sumenep dan Banyuwangi

    3.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Kelembaban Udara Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan Januari 2021 umumnya pada kisaran 80 – 90%.

    Lokasi pengamatan dengan kelembaban udara rata-rata harian terendah adalah Tretes Pasuruan sebesar 93%.

    • 80 – 85 %: Perak I Surabaya, Maritim Perak II Surabaya dan Banyuwangi
    • 85 – 90 %: Sangkapura Gresik, Juanda Sidoarjo, Tuban, Malang, Karang Kates, Kalianget, dan Sawahan
    • >90 %: Tretes Pasuruan

    4.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Jumlah Penguapan di wilayah Indonesia pada bulan Januari 2021 umumnya pada kisaran 101 – 150 mm.

    • 76 - 100 (mm) : Karangkates Malang dan Sangkapura Gresik
    • 101 - 125 (mm) : Banyuwangi, Kalianget Sumenep, Malang, Sawahan Nganjuk, Surabaya dan Tuban
    • 126 – 150 (mm) : Juanda Sidoarjo

    5.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Penguapan Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan Januari 2021 umumnya pada kisaran 3.01 – 5.00 mm.

    • 3.01 – 4.00 (mm) : Banyuwangi, Kalianget Sumenep, Karangkates Malang, Malang, Sangkapura Gresik, Sawahan Nganjuk, Surabaya, Tanjung Priok Surabaya dan Tuban
    • 4.01 – 5.00 (mm) : Juanda Sidoarjo

    6.


    Hasil monitoring tiap Klasifikasi Lama Penyinaran Rata-Rata Harian di wilayah Indonesia pada bulan Januari 2021 umumnya pada kisaran 20 – 40%.

    • 0 – 20 %: Perak I Surabaya, Malang, Tretes dan Sawahan Nganjuk
    • 20 – 40 %: Sangkapura Gresik, Juanda Sidoarjo, Tanjung Perak Surabaya, Karangkates Malang, Kalianget Sumenep dan Banyuwangi

    7.


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Jumlah Evapotranspirasi Potensial (ETp) di wilayah Indonesia pada bulan Januari 2021 umumnya pada kisaran 76 – 125 mm.

    Analisis tiap Klasifikasi Jumlah Evapotranspirasi Potensial (mm) Bulan Januari 2021

    • 76 – 100 mm : Sangkapura Gresik, Perak I Surabaya, Perak II Surabaya, Malang, Katangkates Malang, Kalianget Sumenep, Sawahan Nganjuk dan Banyuwangi
    • 101 – 125 mm : Juanda Sidoarjo

    8.


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Surplus dan Defisit di wilayah Indonesia pada bulan Januari 2021 sebagian besar mengalami Surplus.

    Daerah dengan Tingkat Ketersediaan air tanah SURPLUS meliputi Pacitan, Madiun, Sangkapura Gresik, Tuban, Juanda Sidoarjo, Surabaya, Malang, Tretes Pasuruan, Abdul Rahmansaleh Malang, Karangkates Malang, Kalianget Sumenep, Sawahan Nganjuk dan Banyuwangi

    Pada daerah tersebut kandungan air tanah sudah melebihi kapasitas lapang (KL).



    9


    Hasil analisis tiap Klasifikasi Tingkat Kekeringan dengan Indeks Thornthwaite and Mather di wilayah Indonesia pada bulan Januari 2021 : Ringan/Tidak Ada/Normal

    • RINGAN/ TIDAK ADA/NORMAL (<16.77) : Seluruh Jawa Timur
    • SEDANG (16.77 – 33.33) : -
    • SEDANG (16.77 – 33.33) : -
    • BERAT (>33.33) : -

    Data Kandungan Air Tanah bulan Januari 2021 beberapa tempat di Jawa Timur

    • Pacitan : 300
    • Madiun : 300
    • Stamet Sangkapura Gresik : 350
    • Stamet Tuban : 350
    • Stamet Juanda Sidoarjo : 350
    • Stamet Surabaya : 350
    • Staklim Malang : 350
    • Stageof Tretes Pasuruan : 300
    • Malang/ Abdul Rachman Saleh : 350
    • Stageof Karangkates Malang : 350
    • Stamet Kalianget Sumenep : 300
    • Stageof Sawahan Nganjuk : 300
    • Stamet Banyuwangi : 300

    ISTILAH – ISTILAH

    Suhu Udara Minimum Absolut merupakan suhu minimum harian terendah yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Suhu Udara Maksimum Absolutmerupakan suhu maksimum harian tertinggi yang diamati selama satu bulan pada periode waktu tertentu.

    Kelembaban Udara Relatif Rata-Rata (Relative Humidity, RH) merupakan perbandingan antara jumlah uap air yang terkandung dalam udara pada suatu waktu tertentu dengan jumlah uap air maksimal yang dapat ditampung oleh udara tersebut pada tekanan dan temperatur yang sama.

    Kelembaban udara relatif dihitung sesuai dengan laporan FKlim dengan persamaan:

    RH rata-rata harian = ((2 X RH(07WS)) + RH(13WS) + RH(18WS)) / 4

    Evapotranspirasi Potensial (ETp) merupakan evapotranspirasi yang terjadi pada saat air cukup tersedia atau kapasitas lapang.

    Evapotranspirasi Aktual (Eta) merupakan evapotranspirasi yang terjadi pada saat air yang tersedia terbatas atau dibawah kapasitas lapang.

    Kapasitas lapang (KL) adalah keadaan tanah dalam kondisi jenuh, menunjukkan jumlah air maksimum yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi.

    Titik Layu Permanen (TLP) merupakan batas bawah ketersediaan air dalam tanah untuk tanaman, dimana akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air untuk pertumbuhannya.

    Ketersediaan Air Bagi Tanaman (ATi) adalah banyaknya air di dalam tanah yang tersedia bagi tanaman yaitu berada pada kisaran antara kapasitas lapang dan titik layu permanen (TLP).

    Tingkat ketersediaan air tanah dihitung dengan persamaan :

    ((KAT-TLP)/(KL-TLP)) x 100%

    dengan kriteria sebagai berikut :

    1. Kurang
      : jika ketersediaan air tanah < 40%
    2. Sedang
      : jika ketersediaan air tanah 40% - 60%
    3. Cukup
      : jika ketersediaan air tanah > 60%

    Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman di suatu wilayah dihitung berdasarkan neraca air lahan, yang merupakan selisih antara jumlah air yang diterima lahan dan kehilangan air dari lahan melalui proses evapotranspirasi. Asumsi dalam perhitungan neraca air adalah bahwa air yang diterima lahan hanya berasal dari curah hujan dan kedalaman tinjau tanah adalah 1 meter dengan kondisi tanah homogen.

    Surplus merupakan air berlebih dari curah hujan setelah kandungan air tanah mencapai Kapasitas Lapang (KL). Dihitung berdasarkan curah hujan dikurangi evapotranspirasi dan perubahan kandungan air tanah (CH-ETp-Dkat).

    Pengisian air tanah merupakan kondisi terjadinya peningkatan kandungan air tanah sampai mencapai tingkat Kapasitas Lapang (KL).

    Defisit merupakan kondisi terjadinya penurunan kandungan air tanah dan berkurangnya air untuk keperluan evapotranspirasi potensial (ETp) yang disebabkan CH < ETp, sehingga terdapat perbedaan/selisih evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi Aktual (ETa).

    Tingkat Kekeringan Berdasarkan Indeks Thornthwaite and Mather adalah tingkat kekeringan dari perhitungan empiris neraca air lahan dengan variabel curah hujan dan evapotranspirasi (ETp).

    Indeks kekeringan dihitung dengan nilai prosentase perbandingan antara nilai Defisit dan Evaporasi Potensial (PE) dengan persamaan :

    Ia = (D/PE)x100.

    Berdasarkan nilai indeks kekeringan dikategori sebagai berikut:

    Tingkat Kekeringan :

    1. Berat : Jika indeks kekeringan < 16.77
    2. Sedang : Jika indeks kekeringan 16.77 – 33.33
    3. Ringan : Jika indeks kekeringan > 33.

    Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman Lahan Gambut di suatu wilayah dihitung berdasarkan neraca air lahan yang merupakan selisih antara jumlah air yang diterima lahan gambut dan kehilangan air dari lahan gambut melalui proses evapotranspirasi dimana evapotranspirasi * 1.1 (nilai koefisien tanaman gambut).

    Asumsi dalam perhitungan neraca air adalah bahwa air yang diterima lahan gambut hanya berasal dari curah hujan dimana curah hujan *0.164 (nilai intersepsi lahan gambut) dan kedalaman tinjau tanah adalah 1 meter atau pada kedalaman gambut dangkal.

    Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit tular vektor yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi virus Dengue (DENV). DBD termasuk salah satu penyakit berbasis lingkungan yang sering mewabah di wilayah Jawa Timur.

    Kecocokan Iklim untuk perkembangan nyamuk DBD merupakan kondisi iklim yang menggambarkan kecocokan iklim untuk perkembangan nyamuk penyebar penyakit DBD.

    Parameter iklim yang digunakan adalah Kelembaban Udara Relatif (RH) dengan batasan RH>75%.

    Angka Insiden (AI) / Incident Rate (IR) menunjukkan jumlah kasus DBD per 100.000 penduduk di suatu wilayah dengan persamaan :

    AI = (Jumlah kasus DBD/jumlah penduduk)*100.000

    Prakiraan Angka Insiden (AI) dihitung dengan menggunakan persamaan Regresi Binomial Negatif dengan persamaan sebagai berikut :

    ln (Yt) = a ln(Yt-1) + b ln(Yt-2) + c RHt-1

    dimana:

    Yt = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t

    Yt-1 = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t-1

    Yt-2 = banyaknya kejadian/kasus DBD pada bulan t-2

    RHt-1 = kelembaban udara pada bulan ke t-1

  • ( Analisis - Bulanan ) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman di Provinsi Jawa Timur Tahun 2021

    ( Analisis - Bulanan ) Tingkat Ketersediaan Air Bagi Tanaman di Provinsi Jawa Timur Tahun 2021